{قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللهَ فاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ ويَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ، وَاللهُ غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ}

Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah (sunnah/petunjuk)ku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS Ali ‘Imran:31)

Home » » Sebab-Sebab Usaha Dan Rizki Yang Halal

Sebab-Sebab Usaha Dan Rizki Yang Halal

Abu Fathan | 22:50 | 0 comments
Perkara yang halal memiliki kedudukan yang besar dalam syari’at ini. Banyak ulama yang mengungkapan besarnya kedudukan halal dan banyaknya manfaat dengan berkata: “Halal itu kunci tatanan dunia”. Dan mereka berkata: “Dengan halal tegaklah dan luruslah kehidupan”. Dan mereka berkata: “Tidaklah baik mata pencaharian kecuali dengan perkara yang halal”.

Perkara yang halal adalah penolong akan tegaknya islam, tegaknya kehidupan dunia dan akhirat.

Perkara yang halal artinya semua perkara yang tidak diharamkan oleh syari’at Allah Ta’ala.

Perkara yang halal tidak akan diraih kecuali oleh orang yang menempuh sebab-sebabnya. Maka siapa yang telah menempuh sebab-sebabnya akan diharapkan untuk bisa meraih riziqi yang halal. Dan sebagian dari sebab-sebab tersebut adalah:


01. Memperbanyak do’a agar bisa mendapatkannya dan dipermudah baginya.


Allah Ta’ala berfirman,


وَلاَ تَتَمَنَّوْاْ مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ لِّلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِّمَّا اكْتَسَبُواْ وَلِلنِّسَاء نَصِيبٌ مِّمَّا اكْتَسَبْنَ وَاسْأَلُواْ اللَّهَ مِن فَضْلِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا


“Dan janganlah kalian merasa iri terhadap apa yang dianugerahkan Allah kepada sebagian kalian lebih banyak dari sebagian yang lain. Bagi para lelaki ada bagian dari apa yang mereka usahakan dan bagi wanita ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Dan memohonlah kepada Allah sebagian dari karunianya. Sesungguhnya Allah adalah Maha Tahu terhadaap segala sesuatu.”


Seorang muslim hendaknya meminta kepada Rabbnya agar dipermudah dan ditolong dalam meraih yang halal. Diriwayatkan oleh Ahmad dan Abdurrazaq dari Ummu Salamah dan dari Abu Ad-Darda’: “Rasulullah senantiasa berdo’a selepas shalat fajr:


اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً، وَرِزْقًا طَيِّبًا


“Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, amal yang shalih dan rizqi yang baik (halal penuh barakah).”



Dan sungguh Allah Ta’ala telah memberikan kepada beliau rizqi yang paling baik, paling utama dan paling bermanfaat. Hadist tersebut dihasankan oleh Al-Hafizh dalam “Nata’ij Al-Adzkar”.


Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan kesepakatan ulama bahwa sebaik-baik rizqi dan usaha adalah yang di dapat dengan sebab memperjuangkan kalimat Allah Ta’ala, seperti rampasan perang, fai yang mana ini diberikan kepada Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam-.


Dan kita lebih pantas untuk dikatakan lebih butuh kepada rizqi yang halal dan baik dibanding Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan diriwayatkan dari ‘Ali radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarinya untuk berdo’a:


اللَّهُمَّ اكْفِنِي بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ ، وَأَغْنِنِي بِفَضْلِكَ عَنْ مَنْ سِوَاكَ


“Ya Allah, cukupilah aku dengan rizqi halal-Mu (dan hindarkan) dari yang Engkau haramkan, dan cukupilah aku dengan anugerah-Mu (dan hindarkan) aku dari selain Engkau.” Hadits di hasankan oleh Al-Albany dalam “Ash-Shahihah”.


Maka dalam do’a ini permintaan untuk bisa merasa cukup dengan perkara yang halal dan menjauhi perkara yang haram. Dan ini semata-mata merupakan anugerah dari Allah Ta’ala.


02. Tawakkal kepada Allah Ta’ala


At-Tirmidzy dan Ahmad meriwayatkan dari ‘Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,



لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ ، لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا


“Kalau saja kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakkal kepada-Nya niscaya Allah akan memberi rizqi pada kalian sebagaimana Allah memberikan rizqi kepada burung yang pergi pagi dengan perut kosong dan kembali di waktu petang dengan perut kenyang.” Haditsnya shahih.


Ibnu Rajab rahimahullah berkata: “Hadits ini adalah landasan inti dalam tawakkal dan mencari rizqi”. Sufyan berkata: “Tawakkal kepada Allah Ta’ala adalah cakupan agama ini, yaitu engkau ridha akan apa yang Allah Ta’ala tetapkan untukmu”.


Dan tawakkal haruslah hanya kepada Allah Ta’ala semata karena Allah Ta’ala itu Dzat Pemberi Rizqi. Betapa banyak orang yang lalai akan tawakkal kepada Allah Ta’ala dalam mencari rizqi.


03. Ketakwaan


Allah Ta’ala berfirman,


وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا * وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ



“Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah, Allah akan berikan baginya jalan keluar. Dan Allah akan memberinya rizqi dari arah yang tidak dia sangka.”


Maka rizqi akan mudah didapat dengan ketakwaan. Dan ketakwaan adalah menunaikan perintah dan menjauhi larangan dan bersabar menjalani takdir. Jika dia bertakwa kepada Allah Ta’ala maka dia tidak ridha dengan tipu menipu, dusta dan sumpah palsu. Karena dia merasa diawasi Allah ta’ala dan dia takut akan adzab Allah Ta’ala.


Diriwayatkan oleh At-Tirmidzy:


لو عمل الناس بهذه الآية لكفتهم


“Kalau manusia mengamalkan ayat ini niscaya akan mencukupi mereka.”


Yang benar hadits ini terputus sanadnya, namun perkara takwa adalah perkara yang jelas disebutkan dalaam ayat yang mulia.


04. Memperbanyak ibadah sunnah


Allah Ta’ala berfirman,


فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلاةُ فَانتَشِرُوا فِي الأَرْضِ وَابْتَغُوا مِن فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ



“Jika telah ditunaikan shalat maka menyebarlah kalian di muka bumi dan carilah keutamaan (anugerah) Allah dan banyaklah mengingat Allah agar kalian beruntung.”


Diriwayatkan oleh Ahmad, Al-Hakim dan Ad-Darimy dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘ahu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


وَآمُرُكُمَا بِسُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ، فَإِنَّهَا صَلاَةُ كُلِّ شَيْءٍ، وَبِهَا يُرْزَقُ كُلُّ شَيْءٍ


“Aku perintahkan kamu dengan Subhanallah wa bihamdih, karena sesungguhnya ia adalah shalatnya (do’anya) segala sesuatu dan dengannya segala sesuatu diberi rizqi.”


Allah Ta’ala berfirman,


فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُواْ لِي وَلاَ تَكْفُرُونِ


“Ingatlah Aku maka Aku akan mengingat kalian, dan bersyukurlah pada-Ku dan jangan kalian kufur.”


Karena yang berbuat untuk mencari rizqi adalah anggota badan maka dia tidak ingat untuk mengingat Allah Ta’ala, jadi lisanlah yang harus mewakilinya untuk mengingat Allah Ta’ala.


Sebagian ulama berkata: “Menunaikan perintah yang wajib adalah modal inti dan menunaikan amalan sunnah adalah labanya.”. Maka manusia butuh kepada laba. Maka jika penunaian sunnah merupakan sebab teraihnya rizqi, maka penunaian perintah wajib lebih pantas menjadi sebab teraihnya rizqi.



05. Baiknya niat


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ


“Sesungguhnya amalan itu dengan niat.”


Dan mencari rizqi adalah amalan anggota badan luar. Maka pencari rizqi berniat dengan niat yang baik, bahwa dia akan mencari yang halal agar bisa menghindarkan diri dari minta-minta dan dari mengambil harta orang.


06. Bahwa pencari rizqi tidaklah cita-citanya untuk berbangga-bangga dengan harta


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


إِنْ كَانَ خَرَجَ يَسْعَى عَلَى وَلَدِهِ صِغَارًا فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، وَإِنْ كَانَ خَرَجَ يَسْعَى عَلَى أَبَوَيْنِ شَيْخَيْنِ كَبِيرَيْنِ فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، وَإِنْ كَانَ يَسْعَى عَلَى نَفْسِهِ يُعِفُّهَا فَهُوَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، وَإِنْ كَانَ خَرَجَ رِيَاءً وَمُفَاخَرَةً فَهُوَ فِي سَبِيلِ الشَّيْطَانِ


“Jika dia keluar berusaha demi anaknya yang masih kecil maka dia di jalan Allah. Jika dia keluar berusaha untuk kedua orang tuanya yang lanjut usia maka dia di jalan Allah. Jika dia keluar berusaha untuk dirinya agar terhindar (dari meminta dan mengambil harta orang) maka dia di jalan Allah. Dan jika dia keluar berusaha (cari rizqi) untuk pamer dan berbangga-bangga maka dia di jalan syaithan.”



Perkara berbangga-bangga ini merupakan kebodohan, maka hendaknya menjauh dari unsur pamer dan segala penyakit kalbu.


07. Hendaknya dia mencintai kebaikan untuk orang lain


Sebagaimana dalam hadits Anas radhiyallahu ‘anhu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ


“Tidak sempurna keimanan salah seorang dari kalian sampai dia mencintai kebaikan bagi saudaranya sebagaimana dia suka kebaikan itu ada pada dirinya.”


Jika engkau suka mendapatkan rizqi yang baik dan halal, maka engkau harus suka agar rizqi yang baaik dan halal itu bisa didapat oleh saudaramu. Sehingga engkau mencintai kebiakan bagi manusia.


08. Bermuamalah dengan adil


Maka dia tidak ridha dengan muamalah yang jahat, curang dan jelek. Karena muamalah yang seperti ini akan menyebabkan dihalanginya rizqi yang baik dan halal. Demikian juga hendaknya dia bermuamalah dengan jujur, dan amanah. Dan muamalah dengan baik akan mengangkat derajatnya di sisi Allah Ta’ala.

Demikian saduran dari muhadharah (ceramah) Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam di Ma’had beliau Darul Hadits Ma’bar, Yaman.Oleh: Asy-Syaikh Muhammad Al-Imam

Share this article :

0 comments:

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. BERITA SUNNAH - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger