{قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللهَ فاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ ويَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ، وَاللهُ غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ}

Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah (sunnah/petunjuk)ku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS Ali ‘Imran:31)

Islam Dan Politik

Abu Fathan | 22:52 | 0 comments
Oleh Syaikh Abdur Rahman bin Nashir As-Sa'di rahimahullah

Dalam urusan politik, Islam telah mensyari’atkan aturan yang paling sempurna dan adil. Islam mengajari umatnya segala yang seharusnya dilakuan dalam berintraksi (muamalah) dengan sesama Muslim atau dengan yang lainnya. Dalam peraturannya, Islam menggabungkan antara rahmah (kasih sayang) dengan kekuatan, menggabungkan antara sikap lemah lembut dengan kasih sayang terhadap semua makhluk sesuai kemampuan. Jika dengan lembut dan kasih sayang tidak bisa, maka kekuatan yang dipergunakan, namun dengan penuh hikmah dan keadilan, bukan dengan kezhaliman dan kekerasan, Allâh Azza wa Jalla berfirman:

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ ﴿٩٠﴾ وَأَوْفُوا بِعَهْدِ اللَّهِ إِذَا عَاهَدْتُمْ وَلَا تَنْقُضُوا الْأَيْمَانَ

Sesungguhnya Allâh menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allâh melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. Dan tepatilah perjanjian dengan Allâh apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allâh sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu). [an-Nahl/16:90-91]

Allâh Azza wa Jalla memerintahkan agar berlaku adil, menyayangi dan berbuat baik kepada setiap orang. Disamping itu, Allâh Azza wa Jalla juga melarang perbuatan keji serta semua tindak kezhaliman, baik yang berkaitan dengan nyawa, harta, kehormatan dan hak-hak kemanusiaan. 

Allâh Azza wa Jalla menyuruhkan umat manusia agar menepati janji dan melarang semua tindakan yang melanggar penjanjian. 

Semua perkara yang diperintahkan maupun yang dilarang, diantaranya ada yang wajib dilaksanakan oleh kaum Muslimin, tanpa ada pilihan lain. Yaitu perkara-perkara yang langsung disebutkan dan dijelaskan oleh Allâh Azza wa Jalla. Perkara-perkara ini masuk dalam firman Allâh Azza wa Jalla :

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ ۗ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا 

Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang Mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang Mukmin, apabila Allâh dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allâh dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata [al-Ahzâb/33:36]

Juga firman-Nya :

فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا 

Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu sebagai hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. [an-Nisâ/4:65]

ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ

Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allâh (al-Qur'ân) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allâh dan hari kemudian. [an-Nisâ/4:59]

وَمَا اخْتَلَفْتُمْ فِيهِ مِنْ شَيْءٍ فَحُكْمُهُ إِلَى اللَّهِ 

Tentang sesuatu apapun yang kamu perselisihkan, maka putusannya (terserah) kepada Allâh [asy-Syûra/42:10]

Semua jenis perkara di atas telah dikaji dan alhamdulillah semuanya sesuai dengan perinsip keadilan dan hikmah serta selaras dengan kemaslahatan dan mampu menangkal mudharat.

PERKARA YANG BELUM JELAS
Disamping perkara-perkara yang telah disebutkan dengan jelas dan gamblang, adapula perkara-perkara yang belum jelas. Dalam perkara-perkara yang masih belum jelas, baik dasar maupun cara penerapannya, maka kaum Muslimin diperintahkan untuk bermusyawarah dan menimbangnya dari semua sisi; Memperhatikan syarat serta kaidah-kaidahnya juga akibatnya. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ 

Dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allâh. [Ali Imrân/3:159]

وَأَمْرُهُمْ شُورَىٰ بَيْنَهُمْ 

Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah diantara mereka [asy-Syûra/42:38]

Dalam permasalahan-permasalahan seperti ini, syari’at memberikan keleluasaan, setelah meletakkan kaidah-kaidah yang cocok untuk setiap waktu dan tempat, meskipun keadaan manusia telah berubah dan berkembang. Semua kaidah syari’at tersebut bila diterapkan dengan baik dan benar, dalam masalah besar maupun kecil, maka akan mendatangkan kebaikan dan menangkal keburukan. Namun, pengkajian dan penerapan kaidah-kaidah tersebut memerlukan majelis atau lembaga yang diisi para Ulama yang memiliki kompetensi dan kafabelitas sebagai Ulama. Anggota lembaga ini membahas semua permasalahan, satu persatu. Pembahasannya mencakup semua sisi, memberikan diskripsi tentang suatu pemasalahan sebagaimana mestinya, memperkirakan segala hal yang berhubungan dengannya, serta memperhatikan maslahat yang ingin diraih dan metode termudah untuk mencapainya.

Lembaga itu juga membahas perkara-perkara yang berpotensi menimbulkan mudarat yang harus ditangkal. Pembahasannya meliputi penyebab dan sumbernya, mencari metode untuk menghilangkan mudharat, kemudian menghilangkannya secara keseluruhan atau meminimalisir pengaruh negatifnya. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ 

Maka bertakwalah kamu kepada Allâh menurut kesanggupanmu [at-Thagâbun/64:16] 

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا أَمَرْتُكُمْ بِأَمْرٍ فَأْتُوْا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ

Dan apabila aku perintahkan kepada kalian sebuah perkara, maka lakukanlah sesuai dengan kemampuan kalian

KAIDAH POKOK YANG AGUNG
Diantara ushûl syari’ah (kaidah pokok syari'at) adalah kaum Muslimin diperintahkan untuk melaksanakan agama mereka, menunaikan hak-hak Allâh Azza wa Jalla dan menunaikan hak para hamba; Kaum Muslimin juga diperintahkan menyatukan suara dengan melakukan segala yang bisa menimbulkan rasa saling cinta dan bisa menghilangkan rasa iri dengki dan dendam. Allâh Azza wa Jalla berfirman: 

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ 

Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara, oleh sebab itu, damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu [al-Hujurât/49:10]

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا 

Berpegang teguh kamu dengan tali (agama) Allah dan janganlah kalian berpecah belah. Ingatlah akan nikmat Allâh kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, lalu Allâh mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allâh, orang-orang yang bersaudara [Ali Imrân/3:103]

Juga firman-Nya. 

فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَصْلِحُوا ذَاتَ بَيْنِكُمْ ۖ وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

"Oleh sebab itu bertakwalah kepada Allâh dan perbaikilah hubungan di antara sesamamu; dan taatlah kepada Allâh dan Rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang yang beriman." [al-Anfâl/8:1]

Juga firman-Nya.

وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ

Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. [Ali Imrân/3:105]

Dan masih banyak lagi nash-nash lainnya yang mengisyaratkan pokok yang agung ini. Dengan kaidah poko ini, kondisi kaum Muslimin akan stabil dan bisa terus meningkat kearah yang lebih baik dan sempurna. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ ۖ وَاصْبِرُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ ﴿٤٦﴾ وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ خَرَجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ بَطَرًا وَرِئَاءَ النَّاسِ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ ۚ وَاللَّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ 

Dan taatlah kepada Allâh dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah! Sesungguhnya Allâh beserta orang-orang yang sabar. Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya' kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allâh. Dan (ilmu) Allâh meliputi apa yang mereka kerjakan. [al-Anfâl/8:46-47]

Dalam ayat diatas Allâh memerintahkan untuk taat kepada-Nya dan Rasul-Nya dan Allâh melarang adanya perselisihan yang akan menyebabkan tercerai berainya hati serta memantik permusuhan yang mengakibatkan melemahnya kekuatan. Dalam ayat diatas Allâh juga memerintahkan untuk memperbanyak dzikir dan bersabar, karena kedua hal tersebut sangat membantu dalam segala urusan . 

Allâh juga memerintahkan untuk selalu ikhlas dan jujur, dan melarang kebalikannya, seperti riyâ, sum’ah, sombong, ujub, berkeinginan buruk serta berusaha menyesatkan manusia. 

Allâh Azza wa Jalla berfirman:

وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ 

Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allâh dan musuhmu [al-Anfâl/8:60]

Dalam ayat di atas Allâh Azza wa Jalla memerintahkan untuk mempersiapkan kekuatan semampunya. Kekuatan di sini mencakup kekuatan ide, politik, produksi dan persenjataan serta semua yang bisa memperkuat diri dalam menghadapi musuh dan bisa membuat mereka gentar. 

Allâh Azza wa Jalla berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا خُذُوا حِذْرَكُمْ 

Hai orang-orang yang beriman, bersiap siagalah kamu, dan majulah (ke medan pertempuran) berkelompok-kelompok, atau majulah bersama-sama! [an-Nisâ/4:71]

Maka lihatlah bagaimana ajaran-ajaran syariat ini menjadi sebab tunggal dan jalan yang paling efektif dalam menjalankan politi dalam dan luar negeri. Ketahuilah! Sesungguhnya kesempurnaan dan kebaikan ada pada segala tindakan yang mengikuti petunjuk syari’at. Sebaliknya, semua kekurangan yang sudah terjadi atau yang dikhawatirkan itu ditimbulkan oleh kelalaian dan sikap acuh terhadap syari’at.

ISLAM MENGAJARKAN PROFESIONALISME
Termasuk dalam siyâsah syar’iyah (politik syari'at) yaitu Allâh Azza wa Jalla menuntun para hamba-Nya untuk berusaha merealisasikan maslahat umum dengan cara membagi permasalahan tersebut dan menyerahkannya kepada yang berkompeten, orang yang mengerti seluk beluk inti permasalahan dan tahu solusi dari permasalahan yang diembankan kepadanya. Allâh berfirman:

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ 

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar [Ali Imrân/3:104]

Allâh Azza wa Jalla juga berfirman:

وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً ۚ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ 

Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. [at-Taubah/9:122]

Dan tidak diragukan lagi, metode untuk merealisasikan kemaslahatan umum seperti ini merupakan satu-satunya metode dalam mencapai kesempurnaan agama dan dunia. 

DAKWAHKANLAJ ISLAM!
Allâh Azza wa Jalla berfirman :

ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ 

Serulah (manusia) kepada jalan Rabb-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. [an-Nahl/16:125]

Ayat di atas mencakup seruan dakwah yang ditujukan kepada kaum Muslimin yang melakukan kesalahan dalam sebagian ajaran agama, juga mencakup juga dakwah kepada orang-orang kafir. Golongan pertama diajak untuk memperbaiki agama mereka, sedangkan golongan kedua diajak untuk masuk Islam yang menjadi sumber kebaikan manusia. 

Dakwah ini dilakukan dengan metode hikmah, maksudnya menggunakan cara dan sarana yang paling tepat dan mudah untuk mendatangkan kebaikan atau menghilangkan keburukan atau minimal menguranginya. Metode disesuaikan dengan waktu dan tempat serta kondisi obyek dakwah dengan tanpa melanggar aturan syari'ah.

Dakwah juga dilakukan dengan mau’izhah hasanah (wejangan yang baik). Maksudnya adalah dengan menjelaskan dan menerangkan hal-hal yang bisa memberi manfaat dan yang mendatangkan mudarat, seraya mengingatkan buah yang akan diraihnya di dunia dan akhirat jika menjalankan ajaran-ajaran agama yang penuh manfaat itu. Juga dibarengi dengan penjelasan tentang berbagai keburukan yang mengiringi setiap yang dinyatakan berbahaya oleh agama. 

Allâh menyebutnya mau’izah hasanah karena isi dan metodenya hasanah (baik). Dakwan dilakukan dengan cara lemah lembut, sabar dan santun. Kalaupun kondisi menuntut adanya perdebatan dengan orang yang menentang, maka hendaknya dilakukan dengan cara yang baik. Para penentang diajak agar menerima kebenaran; Diajak agar mengerti buah yang akan dipetiknya jika mengikuti kebenaran dan mengerti dampak negatif dari sesuatu yang terlarang; Penentang diberi penjelasan dan bantahan secukupnya terhadap syubhat-syubhat yang dibawakannya. Semua ini dilakukan dengan perkataan yang lembut, dan penuh adab, tidak dengan kasar, keras, saling mencerca dan mencela, karena mudharat yang akan timbul dari metode yang salah sangatlah besar.

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ 

Maka disebabkan rahmat dari Allâh-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allâh. Sesungguhnya Allâh Azza wa Jalla mencintai orang-orang yang bertawakkal (kepada-Nya) [Ali Imrân/3:159]

(Diangakat dari kitab ad-Din as-Shahih Yahullu Jami'a al-Masyakil)

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun XVII/1435H/2014.]

Islam Dan Problematika Agama Dan Akidah

Abu Fathan | 22:51 | 0 comments
Oleh Syaikh Abdur Rahman bin Nashir As-Sa'di rahimahullah

Problem ini merupakan problem terbesar dan sangat krusial. Di atas agama dan akidah inilah, semua urusan terbangun. Semua urusan tersebut, baik dan buruknya sangat bergantung pada baik dan buruknya agama, artinya, jika agama itu maka semua akan baik, begitu juga sebaliknya. Namun faktanya, dalam masalah agama dan akidah (keyakinan), manusia telah berpecah belah dan menempuh jalan yang bermacam-macam. Semua jalan yang mereka tempuh merupakan jalan yang salah, menyimpang dari kebenaran serta tidak memberikan manfaat apapun, kecuali jalan orang yang mendapatkan hidayah kepada agama Islam yang hakiki. Mereka mendapatkan keistiqamahan, kebaikan, dan kenyamanan dari segala sisi.

Sebagian manusia, ada yang dipermainkan oleh syaitan sehingga mereka menyembah selain Allâh Azza wa Jalla , menyembah bebatuan, pepohonan, gambar, para nabi dan malaikat, menyembah orang shalih atau yang tidak shalih, padahal mereka meyakini hanya Allâh Azza wa Jalla Rabb mereka, pemilik dan pencipta mereka tanpa ada sekutu bagi-Nya. Dengan demikian, berarti mereka mengakui tauhid rubûbiyah dan melencengan dari tauhid ulûhiyah (mengesakan Allâh Azza wa Jalla dalam hal ibadah). Mereka ini termasuk orang-orang musyrik meski dalam warna, mazhab dan kelompok yang berbeda. Semua kitab samawi ( kitab yang Allâh Azza wa Jalla turunkan kepada para Nabi ) telah mengabarkan kebinasaan dan kesengsaraan mereka.

Semua para Nabi dan Rasul telah bersepakat dalam menyerukan tauhid dan melarang kesyirikan. Mereka juga bersepakat bahwa orang yang menyekutukan Allâh Azza wa Jalla diharamkan bagi mereka surga dan tempat mereka yang tepat adalah neraka. Akal yang sehat serta fitrah yang selamat juga mengisyaratkan buruknya perbuatan syirik, perbuatan menuhankan dan menyembah para makhluk. Jadi, kesyirikan itu batil secara syairi’at dan rusak menurut akal yang sehat.

Sebagian manusia, ada juga yang beriman kepada sebagian rasul dan kitab-kitab samawi serta menolak sebagian yang lainnya, padahal para rusul, dan kitab-kitab samawi satu sama lainnya saling membenarkan dan bersepakat dalam masalah-masalah inti. Oleh karena itu, pendustaan orang-orang ini terhadap sebagian kitab dan rasul telah membatalkan keimanan mereka terhadap sebagian yang lainnya, sehingga mereka tetap berada dalam penyimpangan, kebingungan dan kontradiksi. Allâh Azza wa Jalla berfirman :

إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيُرِيدُونَ أَنْ يُفَرِّقُوا بَيْنَ اللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيَقُولُونَ نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَنَكْفُرُ بِبَعْضٍ وَيُرِيدُونَ أَنْ يَتَّخِذُوا بَيْنَ ذَٰلِكَ سَبِيلًا ﴿١٥٠﴾ أُولَٰئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ حَقًّا 

Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allâh Azza wa Jalla dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allâh Azza wa Jalla dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan, "Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)", serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir), merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. [an-Nisâ'/4:150-151]

Allâh Azza wa Jalla menghukumi mereka sebagai orang-orang kafir yang hakiki, karena Allâh Azza wa Jalla mengetahui pengakuan mereka sebagai orang-orang yang beriman adalah pengakuan dusta dan tidak benar. Seandainya pengakuan mereka benar tentu mereka juga beriman terhadap semua hal yang disepakati oleh para Nabi, akan tetapi mereka berkata :

قَالُوا نُؤْمِنُ بِمَا أُنْزِلَ عَلَيْنَا وَيَكْفُرُونَ بِمَا وَرَاءَهُ وَهُوَ الْحَقُّ مُصَدِّقًا لِمَا مَعَهُمْ

Mereka mengatakan, "Kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami". Dan mereka kafir kepada al-Qur'ân yang diturunkan sesudahnya, sedang al-Qur'ân itu adalah (Kitab) yang haq; yang membenarkan apa yang ada pada mereka [al-Baqarah/2:91]

Jadi pengakuan mereka ini merupakan pengakuan dusta, oleh karena itu Allâh Azza wa Jalla membantah mereka dengan firman-Nya :

قُلْ فَلِمَ تَقْتُلُونَ أَنْبِيَاءَ اللَّهِ مِنْ قَبْلُ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

Lantas, mengapa kamu dahulu membunuh para Nabi Allâh jika benar kamu orang-orang yang beriman? [al-Baqarah/2:91]

Sebagian umat manusia, ada juga yang mengaku-ngaku sebagai ahli ilmu falsafah (filsafat) dan ilmu lagika. Lalu mereka ini datang membawa kesesatan dan hal-hal yang mustahil. Mereka menentang Allâh Azza wa Jalla dan mengingkari eksistensi-Nya k , apalagi kewajiban beriman kepada para Nabi, kitab-kitab, serta hal-hal yang ghaib. Mereka menentang ayat-ayat Allâh Azza wa Jalla dengan penuh kesombongan, padahal jiwa meyakini kebenarannya. Mereka mendustakan semua ilmu para Rasul dan semua kandungan kitab-kitab Allâh Azza wa Jalla . Mereka sombong, tidak mau menerima kitab-kitab itu dan membangga-banggakan pengetahuan mereka tentang alam semesta. Menolak semua kebenaran dan tidak mau menerimanya kecuali hal-hal yang mereka ketahui dengan akal dan panca indra yang sangat terbatas serta eksperimen-eksperimen yang sangat dangkal dan sempit bila dibandingkan dengan ilmu para Nabi. Mereka menyembah alam semesta dan menjadikannya segala-galanya bagi mereka. Mereka tunduk dan patuh kepada tabiat, serta tidak mau terikat dengan sesuatu apapun yang berkenaan dengan akhlak atau syari’at. Keadaan mereka tidak lebih baik dibandingkan hewan ternak, karena mereka tidak memiliki akhlak dan selalu memperturutkan syahwat. Mereka tidak memiliki tujuan akhir yang ingin dicapai. Mereka mengatakan :

وَقَالُوا مَا هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَا إِلَّا الدَّهْرُ

Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa, [al-Jatsiyah/45:24]

ISLAM MENYELAMATKAN MANUSIA
Lalu bagaimana dengan Islam? Agama Islam telah mengeluarkan dan menyelamatkan makhluk dari gelapnya kebodohan, kekufuran, serta dari gelapnya permusuhan dan berbagai jenis keburukan. Islam membimbing mereka menuju cahaya ilmu, iman, keyakinan, keadilan, kasih sayang serta semua jenis kebaikan.

Allâh Azza wa Jalla berfirman :

لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ

Sungguh Allâh telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allâh mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allâh l , membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata. [Ali Imrân/3:164]

Juga berfirman :

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

Sesungguhnya Allâh Azza wa Jalla menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allâh Azza wa Jalla melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. [an-Nahl/16:90]

Juga berfirman :

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا 

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu [al-Mâidah/5:3]

Juga berfirman :

وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلًا

Telah sempurnalah kalimat Rabbmu (al-Qur'ân) sebagai kalimat yang benar dan adil. [al-An’âm/6:115]

Kata "kalimah" pada ayat di atas maksudnya adalah firman Allâh Azza wa Jalla (al-Qur’ân) yang melalui perantaraannya Allâh Azza wa Jalla mensyari'atkan syari’at juga hukum-hukum. Allâh Azza wa Jalla telah menjadikannya :

1. Sempurna dari segala sisi, tidak ada kekurangannya dari sisi manapun; 

2. Benar dalam pemberitaannya tentang Allâh Azza wa Jalla , keesaan-Nya dan pembalasan-Nya, juga tentang kebenaran para rasul dalam mengkhabarkan perkara-perkara gaib; 

3. Adil dalam semua hukumnya. Semua perintah yang ada di dalamnya adalah keadilan, kebaikan, dan perbaikan, semua larangannya penuh dengan hikmah. Dia melarang perbuatan zhalim, permusuhan, dan kerusakan-kerusakan yang lainnya. 

وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ 

Dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allâh Azza wa Jalla bagi orang-orang yang yakin? [al-Mâidah/5:50]

Pertanyaan dalam ayat ini bermakna nafyun (peniadaan hukum yang lebih baik) yang telah ditetapkan keberadaannya dalam fitrah dan akal sehat. 

Agama Islam telah membolehkan semua yang baik dan bermanfaat serta mengharamkan setiap yang buruk dan mencelakakan. Allâh Azza wa Jalla berfirman :

الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلَالَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ 

(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang mereka dapati (namanya) tertulis dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka [al-A’râf/7:157]

Agama Islam merupakan agama yang mengarahkan para hamba kepada semua yang bermanfaat, dalam urusan agama dan dunia, serta melarang mereka dari segala perkara yang membahayakan agama dan kehidupan mereka. Islam adalah agama yang memerintahkan para pemeluknya untuk bermusyawarah tatkala tidak jelas antara maslahat yang dominan ataukah mudharat? Musyawarah bertujuan untuk memilih yang dominan maslahatnya dan meninggalkan yang mudharat dominan.

Agama Islam merupakan agama yang agung dan universal yang menyeru manusia agar mengimani seluruh kitab yang Allâh Azza wa Jalla turunkan juga mengimani para Rasul yang telah Allâh Azza wa Jalla utus, sebagaimana firman Allâh Azza wa Jalla :

فَلِذَٰلِكَ فَادْعُ ۖ وَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ ۖ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ ۖ وَقُلْ آمَنْتُ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنْ كِتَابٍ ۖ وَأُمِرْتُ لِأَعْدِلَ بَيْنَكُمُ ۖ اللَّهُ رَبُّنَا وَرَبُّكُمْ ۖ لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ ۖ لَا حُجَّةَ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ ۖ اللَّهُ يَجْمَعُ بَيْنَنَا ۖ وَإِلَيْهِ الْمَصِيرُ 

Maka karena itu serulah (mereka kepada agama ini) dan tetaplah sebagai mana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah: "Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allâh dan aku diperintahkan supaya berlaku adil diantara kamu. Allâh-lah Rabb kami dan Rabb kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allâh mengumpulkan antara kita dan kepada-Nya-lah kembali (kita)" [as-Syûrâ/42:15]

Agama Islam adalah agama yang dipersaksikan kebenaran dan kesempurnaannya oleh Allâh Azza wa Jalla juga para makhluk pilihan Allâh Azza wa Jalla .

شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ ۚ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ ﴿١٨﴾ إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ

Allâh Azza wa Jalla menyatakan bahwa tidak ada ilah melainkan Dia (yang berhak diibadahi), yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada ilah melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allâh Azza wa Jalla hanyalah Islam. [Ali Imrân/3:18-19]

Agam Islam merupakan agama yang memberikan keindahan lahir maupun batin, dan kesempurnaan akhlak serta amal bagi para pemeluknya.

وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ

Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allâh [an-Nisâ'/4:125]

Tidak ada yang lebih baik daripada orang yang ikhlas kepada Allâh l , berlaku baik kepada para hamba, ikhlas serta mengikuti syari’at Allâh Azza wa Jalla yang merupakan syariat terbaik dan paling adil, sehingga hatinya akan terwarnai dengan tauhid dan ikhlas, akan lurus akhlak dan amalnya diatas hidayah dan kebenaran.

صِبْغَةَ اللَّهِ ۖ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ صِبْغَةً ۖ وَنَحْنُ لَهُ عَابِدُونَ 

Shibghah Allâh. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada Allâh? Dan hanya kepada-Nya-lah kami beribadah. [al-Baqarah/2:138]

Agama Islam, dengannya para pemeluknya telah mampu membuka banyak hati dengan ilmu dan iman, membuka penjuru dunia dengan keadilan, rahmat (kasih sayang), dan nasehat untuk ummat manusia. Dengannya, Allâh Azza wa Jalla memperbaiki keyakinan dan akhlak; Allâh Azza wa Jalla memperbaiki kehidupan dunia dan akhirat dan dengannya pula Allâh Azza wa Jalla menyatukan hati-hati yang bercerai-berai.

Agama Islam merupakan agama yang agung dan kokoh dalam setiap khabar (berita) dan hukumnya. Islam tidak mengabarkan tentang sesuatu kecuali dengan cara benar dan haq, tidak pula menetapkan suatu hukum kecuali dengan cara adil. Tidak ada satu pun ilmu yang benar (shahih) yang menolak kebenaran berita yang dibawa Islam dan tidak ada satu hukum yang lebih baik dari hukum Islam. Ditambah lagi, pokok-pokok, kaidah-kaidah dan pondasi ajaran Islam selalu selaras dengan zaman yang telah lewat dan waktu yang akan datang. Jika etika bermuâmalah (etika dalam bergaul atau berbisnis) diterapkan dalam hubungan antar individu masyarakat ataupun dengan kelompok-kelompok tertentu disetiap waktu dan tempat, maka pasti melahirkan keadilan, kasih sayang dan kebaikan. Karena Islam turun dari yang Dzat Yang Mahabijaksana dan Mahaterpuji. Allâh Azza wa Jalla berfirman : 

الر ۚ كِتَابٌ أُحْكِمَتْ آيَاتُهُ ثُمَّ فُصِّلَتْ مِنْ لَدُنْ حَكِيمٍ خَبِيرٍ 

Alif Lâm Râ, (Inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu [Hûd/11:1]

Allâh Azza wa Jalla juga berfirman :

لَا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَلَا مِنْ خَلْفِهِ ۖ تَنْزِيلٌ مِنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ

Yang tidak datang kepadanya (al-Qur'ân) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji. [Fusshilat/41:42]

Allâh Azza wa Jalla juga berfirman :

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur'ân, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. [al-Hijr/15:9]

Kami menjaga setiap lafaznya dari segala bentuk penambahan, pengurangan, dan perubahan; Kami menjaga hukum-hukumnya dari segala bentuk penyelewengan dan kekurangan. Karena al-Qur'ân memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam masalah keadilan, keistiqamahan, dan kemudahan.

Agama Islam adalah agama yang membimbing pemeluknya menuju al-haq dan menuju jalan yang lurus. Kejujuran adalah syi'arnya (simbolnya), keadilan merupakan porosnya (orbitnya), al-haq penopangnya, ar-rahmah (kasih sayang) merupakan ruh dan tujuannya, kebaikan adalah patnernya, kebaikan dan perbaikan merupakan keindahan dan aktivitasnya sementara hidayah dan petunjuk adalah bekalnya. 

Agama Islam merupakan agama yang memadukan antara tuntutan-tuntutan (kebutuhan) ruh, hati dan jasad. Allâh Azza wa Jalla memerintahkan kaum Mukminin dengan perintah yang Allâh Azza wa Jalla perintahkan kepada para rasul, yaitu agar beribadah kepada-Nya, melakukan amal shalih yang mendatang ridha-Nya, mengkonsumsi makanan yang halal dan memanfaatkan apa yang Allâh Azza wa Jalla sediakan untuk para hamba-Nya dalam kehidupan ini. Jadi agama Islam menggiring dan mengantarkan orang yang melakukannya dengan benar kepada ketinggian, kemuliaan dan kearah kemajuan yang benar. 

Barangsiapa mengetahui karakteristik agama ini maka otomatis dia akan memahami betapa agung nikmat Allâh Azza wa Jalla yang dianugerahkan kepada para makhluk-Nya berupaka agama ini. Sebaliknya, siapa saja yang mencampakkannya, maka pasti dia akan terjatuh dalam kebatilan, kesesatan dan kerugian. Karena semua agama yang menyelisihi Islam berada diantara khurafat dan paganis (penyembahan terhadap berhala), antara penyimpangan dan materialis, yang menjadikan hati dan amalan pemeluknya seperti hewan ternak bahkan lebih sesat. Karena jika agama Islam hilang dari hati, maka akhlak mulianpun sirna lalu diganti akhlak yang buruk. Ini semua menyebabkan pemilik hati tersebut tersibukkan dengan perkara-perkara yang rendahan. Kemudian yang menjadi perhatian dan tujuan tertinggi mereka adalah bersenang-senang dengan kehidupan dunia fana ini. 

Selayaknya kita bersyukur kepada Allâh Azza wa Jalla atas nikmat yang teramat agung ini. Nikmat yang datang hanya dari Allâh Azza wa Jalla . Ingatlah firman Allâh Azza wa Jalla :

وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَٰذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ

Mereka berkata, "Segala puji bagi Allâh yang telah menunjuki kami kepada (surga) ini. dan kami sekali-kali tidak akan mendapat petunjuk kalau Allâh tidak memberi kami petunjuk." [al-A'râf/7:43]

(Diangakat dari kitab ad-Din as-Shahih Yahullu Jami'a al-Masyakil)

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun XVII/1435H/2014.]

Islam Dan Problematika Ekonomi

Abu Fathan | 17:45 | 0 comments
Oleh Syaikh Abdur Rahman bin Nashir As-Sa'di rahimahullah

Dalam permasalahan ekonomi, manusia memiliki tujuan dan cara yang berbeda-beda, tergantung tujuan masing-masing individu, bukan tergantung pada kebenaran yang ingin mereka ikuti dan kemaslahatan umum yang ingin mereka realisasikan. Akibatnya, mereka menyimpang dari jalan yang bermanfaat bersama. Karena tidak mau terikat dengan petunjuk-petunjuk agama Islam, sementara cara berfikir manusia itu berbeda-beda, dan amalan pun sesuai dengan cara berfikir itu, maka yang timbul adalah bencana yang merata dan fitnah (perselisihan) sengit antara orang yang mengaku sebagai pembela kaum miskin dan buruh dengan orang-orang yang memiliki harta dan kekayaan. Masing-masing memiliki banyak argumen, akan tetapi semua argumen mereka tidak benar bahkan cendrung menyesatkan.

Ini sangat berbeda dengan kaum Mukminin, alhamdulillâh, Allâh Azza wa Jalla telah memberikan petunjuk jalan yang lurus kepada mereka dalam segala urusan mereka secara umum, dan dalam permasalahan ini secara khusus.

Allâh Azza wa Jalla menakdirkan bahwa manusia itu berbeda-beda derajat dan status sosial mereka, diantara mereka ada yang kaya ada juga yang miskin, ada yang mulia adapula yang rendahan. Itu semua mengadung hikmah dan rahasia ilahi yang sangat agung yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Tatkala Allâh Azza wa Jalla telah menakdirkan seperti itu, maka Allâh Azza wa Jalla mengikat satu individu dengan individu yang lainnya dengan ikatan kuat. Allâh Azza wa Jalla tundukkan sebagian mereka untuk sebagian yang lain, sehingga masing-masing bisa memberikan manfaat kepada yang lain dan merasa saling membutuhkan. Begitulah, alhamdulillah, syari'at Allâh Azza wa Jalla mendatangkan kebaikan bagi si kaya dan si miskin. 

Allâh Azza wa Jalla yang maha bijaksana mensyariatkan kepada mereka agar bersaudara dan tidak saling mengeksploitasi. Allâh Azza wa Jalla membimbing kaum Muslimin tatkala berintraksi dengan yang lain agar memperhatikan apa yang menjadi kewajibannya terhadap pihak lain sesuai syari'at. Jika kewajiban-kewajiban itu terlaksana, persatuan akan terwujud dan kehidupan akan nyaman.

Allâh Azza wa Jalla memerintahkan kepada semua pihak (si kaya dan si miskin) untuk serius memperhatikan kemaslahatan umum yang akan mendatangkan manfaat bagi kedua belah pihak.

PERINTAH ALLAH KEPADA YANG KAYA
Kemudian Allâh Azza wa Jalla mewajibkan zakat pada harta orang-orang kaya, sesuai dengan perincian yang telah ditentukan syari’at. Allâh Azza wa Jalla menetapkan bahwa diantara tujuan penunaian zakat adalah menutupi hajat orang-orang yang membutuhkan serta guna merealisasikan kemashlahatan agama yang menjadi tonggak baiknya urusan-uruan dunia dan agama. 

Allâh Azza wa Jalla juga memotivasi mereka untuk terus berbuat baik disetiap waktu dan kesempatan. Allâh Azza wa Jalla mewajibkan membatu orang yang tertimpa kesusahan, memberi makan yang kelaparan dan memberikan pakain kepada orang yang membutuhkannya. 

Allâh Azza wa Jalla juga mewajibkan kepada orang-orang kaya untuk memberikan nafkah secara khusus kepada anggota keluarga mereka, melakukan semua kewajiban mereka ditengah-tengah masyarakat. Diantara hal penting yang harus diperhatikan oleh orang yang bergelimang kekayaan adalah dalam urusan mencari harta Allâh Azza wa Jalla memerintahkan mereka untuk tidak hanya bersandar dan bentumpu pada kemampuan mereka saja serta tidak merasa tenang dengan apa yang mereka miliki sekarang. Mereka harus selalu menyadari dan ingat kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala , iangat akan karunia yang Allah k berikan kepada mereka dan berbagai kemudahan serta tidak lupa untuk senantiasa memohon pertolongan kepada Allâh Azza wa Jalla , bersyukur kepada-Nya atas limpahan karuni yang telah diberikan. 

Orang-orang kaya juga diwajibkan untuk memperhatikan dan mentaati rambu-rambu syariat. Mereka tidak diperbolehkan tenggelam dalam perbuatan berpoya-poya yang akan mencederai akhlak, harta benda dan seluruh keadaan mereka, akan tetapi mereka hendaknya menjadi seperti yang difirmankan oleh Allâh Subhanahu wa Ta’ala :

وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَٰلِكَ قَوَامًا 

Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian [al-Furqân/25:67]

Allâh Azza wa Jalla juga memerintahkan kepada mereka dalam mencari kekayaan, hendaknya mencari dengan cara yang baik, bersih dan jalan yang halal. Mereka tidak boleh mengotori usaha mereka dengan cara haram , seperti riba, judi, bermain curang atau menipu. Hendaklah mereka selalu mengikat diri-diri mereka dengan rambu-rambu syari’at dalam bermuamalah, sebagaimana mereka mengikat diri-diri mereka dengan aturan syari'at dalam beribadah. 

Kekayaan sering membuat orang lupa diri lalu sombong dan menganggap orang lain yang miskin hina dan rendah. Cara pandang seperti ini sangat tidak dibenarkan dalam Islam. Orang-orang yang diberikan kekayaan oleh Allâh Azza wa Jalla tidak diperbolehkan memandang orang miskin dengan pandangan angkuh, sombong karena menganggap diri lebih mulia. Sebaliknya, mereka mereka memandang kepada fakir miskin dengan penuh kasih sayang dan kebaikan. 

Dengan semua petunjuk bijak ini kekayaan yang sejalan agama akan menjadi kekayaan yang sangat agung dan sangat dihargai, sementara orangnya menjadi terpuji dan terpandang di masyarakat. Karena syari’at telah mendiriknya dan menyucikan harta dan jiwanya. 

PERINTAH KEPADA YANG MISKIN
Islam telah memberikan petunjuk kepada orang kaya agar membantu, memperhatikan dan tidak menghina fakir miskin, lalu bagaimana Islam mengarahkan fakir miskin, agar kehidupan ini berjalan sesuai dengan harapan bersama? Kepada orang-orang miskin dan kepada orang yang belum bisa mencapai keinginan pribadinya, agama Islam memerintahkan mereka untuk bersabar dan ridha dengan taqdir Allâh Azza wa Jalla yang telah ditetapkan, serta menyakini bahwa Allâh Azza wa Jalla itu maha bijaksana. Allah k memiliki banyak hikmah dalam itu semua dan banyak maslahat untuk mereka.

وَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ 

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia buruk bagimu; Allâh mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. [al-Baqarah/2:216]

Cara pandang seperti ini minimalnya sudah menghilangkan kesedihan yang ada dalam hati yang berpotensi menimbulkan rasa malas dan menghilangkan kepercayaan diri.

Islam juga memerintahkan mereka saat berusaha mengangkat kemiskinan mereka dan memenuhi kebutuhan mereka untuk tidak melihat dan bergantung kepada para makhluk, tidak meminta-minta kepada mereka kecuali dalam keadaan darurat. 

Islam mengajarkan mereka untuk meminta hajat mereka hanya kepada Allâh Azza wa Jalla yang maha esa dengan melakukan usaha-usaha yang bisa menghilangkan kemiskinan dan meraih kekayaan. Caranya banyak dan masing-masing orang bisa menempuh usaha yang sesuai dengan keadaannya. Dengan melakukan ini dia akan bisa menghayati arti kebebasan dari perbudakan makhluk serta terus memacu dan melatih dirinya agar tetap kuat dan semangat dalam berusaha, tidak kenal malas dan putus asa. Dengan ini, hati juga akan terhindarkan dari perasaan iri terhadap orang-orang kaya yang dikarunia harta melimpah oleh Allâh Azza wa Jalla . Allâh Azza wa Jalla berfirman :

وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ ۚ لِلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبُوا ۖ وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِمَّا اكْتَسَبْنَ ۚ وَاسْأَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا

Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allâh kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allâh Azza wa Jalla sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allâh Azza wa Jalla Maha Mengetahui segala sesuatu. [an-Nisâ/4:32]

Islam juga memerintahkan mereka untuk ikhlas dalam beramal, bekerja dan muamalah mereka. Mereka juga dilarang terburu-buru dalam mengais rizki denga menekuni mata pencaharian yang hina dina yang bisa mengikis habis agama dan mendatangkan celaka dalam kehidupan dunia.

Islam memerintahkan kepada kaum fakir miskin dua perkara yang bisa membantu mereka dalam menanggung beban kehidupan : Pertama, sederhana dalam gaya hidup; Kedua, qanâ'ah (merasa cukup) dengan nikmat yang Allâh Azza wa Jalla berikan. Rezeki yang sedikit dibarengi dengan kesederhanaan akan terasa banyak, sementara sifat qanâ'ah merupakan simpanan yang tidak akan pernah habis dan kekayaan tanpa wujud materi. 

Alangkah banyak orang miskin yang diberi taufik oleh Allâh Azza wa Jalla untuk sederhana dan qanâ'ah sehingga dia tidak cemburu dengan orang-orang kaya yang berfoya-foya dan tidak merasa sedih dengan harta sedikit yang dia miliki. 

Ketika orang-orang miskin melakukan petunjuk-petunjuk agama dalam menjalani kehidupan ini berupa: sabar, selalu bergantung kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala , memelihara dan menjaga diri agar tidak terjebak dalam perbudakan makhluk, bersungguh-sungguh dalam bekerja serta qanâ'ah dengan apa yang Allâh Azza wa Jalla berikan, niscaya akan terasa ringan kesusahan dan kesulitan akibat kemiskinannya. Bersamaan dengan itu pula dia hendaknya terus menerus berusaha dalam meraih harta yang bisa mencukupi kebutuhannya dengan berharap kepada Allâh Azza wa Jalla dan menunggu janji Allâh Azza wa Jalla serta bertakwa kepada-Nya, karena Allah Azza wa Jalla berfirman :

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا ﴿٢﴾ وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ 

Barangsiapa bertakwa kepada Allâh Azza wa Jalla niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allâh Azza wa Jalla niscaya Allâh Azza wa Jalla akan mencukupkan (keperluan)nya [at-Thalâq/65:2-3]

Semua ini petunjuk-petunjuk dan arahan-arahan buat orang-orang kaya dan miskin datang dari Allâh Azza wa Jalla dan Rasul-Nya. Tujuannya adalah mendatangkan kebaikan demi kebaikan dan menghalau semua jenis keburukan dari mereka. Hasil akhir yang paling indah akan dirasakan oleh kedua belah pihak, si miskin dan si kaya.

Ini adalah solusi terbaik dari Allâh Azza wa Jalla Yang Maha Mulia dalam mengatasi problematika ekonomi yang sering mencuat di tengah masyarakat. Teori-teori lain masih sebatas teori yang belum terbukti dan yang pasti semua yang bertentangan syari'at, betapapun indah mata memandang dan kepala membayangkannya, itu semua hanya akan mengundang bahaya dan mendatangkan penderitaan, kesusahan serta kebinasaan. 

(Diangakat dari kitab ad-Din as-Shahih Yahullu Jami'a al-Masyakil)

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun XVII/1435H/2014.]
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. BERITA SUNNAH - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger