إِنَّ اللَّهَ زَوَى لِي الْأَرْضَ فَرَأَيْتُ مَشَارِقَهَا وَمَغَارِبَهَا وَإِنَّ أُمَّتِي سَيَبْلُغُ مُلْكُهَا مَا زُوِيَ لِي مِنْهَا وَأُعْطِيتُ الْكَنْزَيْنِ الْأَحْمَرَ وَالْأَبْيَضَ وَإِنِّي سَأَلْتُ رَبِّي لِأُمَّتِي أَنْ لَا يُهْلِكَهَا بِسَنَةٍ عَامَّةٍ وَأَنْ لَا يُسَلِّطَ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ سِوَى أَنْفُسِهِمْ فَيَسْتَبِيحَ بَيْضَتَهُمْ وَإِنَّ رَبِّي قَالَ يَا مُحَمَّدُ إِنِّي إِذَا قَضَيْتُ قَضَاءً فَإِنَّهُ لَا يُرَدُّ وَإِنِّي أَعْطَيْتُكَ لِأُمَّتِكَ أَنْ لَا أُهْلِكَهُمْ بِسَنَةٍ عَامَّةٍ وَأَنْ لَا أُسَلِّطَ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ سِوَى أَنْفُسِهِمْ يَسْتَبِيحُ بَيْضَتَهُمْ وَلَوْ اجْتَمَعَ عَلَيْهِمْ مَنْ بِأَقْطَارِهَا أَوْ قَالَ مَنْ بَيْنَ أَقْطَارِهَا حَتَّى يَكُونَ بَعْضُهُمْ يُهْلِكُ بَعْضًا وَيَسْبِي بَعْضُهُمْ بَعْضًا
“Sesungguhnya Allah menggulung bumi untukku sehingga aku bisa melihat timur dan baratnya. Dan sesungguhnya kekuasaan ummatku akan mencapai apa yang telah dinampakkan untukku. Sku diberi dua harta simpanan: Merah dan putih. Dan sesungguhnya aku meminta Rabbku untuk ummatku agar Dia tidak membinasakan mereka dengan kekeringan menyeluruh, agar Dia tidak memberi kuasa musuh untuk menguasai mereka selain diri mereka sendiri sehingga menyerang perkumpulan mereka. Dan sesungguhnya Rabbku berfirman, “Hai Muhammad, sesungguhnya Aku bila menentukan takdir tidak bisa dirubah, sesungguhnya Aku memberikan untuk umatmu agar mereka tidak dibinasakan oleh kekeringan menyeluruh dan Aku tidak akan memberi kuasa musuh untuk menyerang mereka selain diri mereka sendiri lalu mereka menyerang perkumpulan mereka, walaupun musuh mengeepung mereka dari segala penjurunya, hingga akhirnya sebagian dari mereka (umatmu) membinasakan sebagaian lainnya dan saling menawan satu sama lain.”
(HR. Muslim no. 2889)
Dari Sa’ad radhiallahu anhu dia berkata: Pada suatu hari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam datang dari tempat yang tinggi hingga saat beliau melintasi masjid Bani Mu’awiah, beliau masuk lalu shalat dua rakaat, dan kami shalat bersama beliau, lalu beliau berdoa lama sekali kepada Rabbnya. Setelah itu beliau menemui kami lalu beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
سَأَلْتُ رَبِّي ثَلَاثًا فَأَعْطَانِي ثِنْتَيْنِ وَمَنَعَنِي وَاحِدَةً سَأَلْتُ رَبِّي أَنْ لَا يُهْلِكَ أُمَّتِي بِالسَّنَةِ فَأَعْطَانِيهَا وَسَأَلْتُهُ أَنْ لَا يُهْلِكَ أُمَّتِي بِالْغَرَقِ فَأَعْطَانِيهَا وَسَأَلْتُهُ أَنْ لَا يَجْعَلَ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ فَمَنَعَنِيهَا
“Aku meminta tiga (hal) pada Rabbku, Ia mengabulkan dua (hal) dan menolakku satu (hal). Aku meminta Rabbku agar tidak membinasakan ummatku dengan kekeringan, maka Ia mengabulkannya untukku. Aku meminta-Nya agar tidak membinasakan ummatku dengan banjir, maka Ia mengabulkannya untukku. Dan aku meminta-Nya agar tidak menjadikan kehancuran mereka di antara sesama mereka tapi Ia menolaknya.”
(HR. Muslim no. 2890)
Penjelasan ringkas:
Masalah ini termasuk dari tanda-tanda kenabian Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam, yaitu tatkala beliau mengabarkan kejadian yang akan menimpa umat ini berupa perpecahan dan peperangan di antara sesama mereka. Dalam dua hadits di atas nampak jelas bahwa Allah Ta’ala telah menetapkan takdir bagi akhir umat ini. Allah Ta’ala menetapkan bahwa Islam dan para pemeluknya tidak akan binasa dengan kekeringan dan kelaparan sehingga mereka tidak perlu terlalu khawatir dengan kemiskinan karena itu tidak akan membinasakan mereka. Allah juga menetapkan bahwa Islam dan para pemeluknya tidak akan hilang dari muka bumi akibat banjir bandang, karenanya mereka tidak perlu terlalu khawatir akan kehilangan eksistensi di dunia gara-gara bencana alam. Allah Ta’ala juga telah menetapkan bahwa Islam dan kaum muslimin tidak akan pernah dikuasai dan dikalahkan oleh musuh-musuh mereka, walaupun musuh telah mengepung mereka dari berbagai sisi, yang karenanya mereka jangan terlalu memfokuskan perhatian pada musuh-musuh dari luar Islam.
Akan tetapi Allah Ta’ala telah menetapkan bahwa Islam dan kaum muslimin akan hancur akibat perbuatan kaum muslimin itu sendiri. Mereka sendiri yang menyebarkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sehingga mereka sendiri yang akan saling berperang dan membinasakan. Mereka ini adalah orang-orang kafir yang berpakaian Islam dari kalangan orang-orang munafik dan zindik ataukah mereka adalah orang-orang jahil dalam agama yang diperalat oleh orang-orang yang berpenyakit hatinya yang senang jika kaum muslimin berpecah.
Karenanya hendaknya kaum muslimin sadar bahwa musuh yang terbesar bagi mereka adalah musuh dari dalam dan bukan musuh dari luar. Musuh terbesar mereka bukanlah orang kafir dan musyrik yang sudah jelas kekafiran dan kesyirikan mereka. Akan tetapi musuh terbesar mereka adalah orang-orang yang hatinya berpenyakit, yang mencoba menyebar racun-racun kekafiran di tengah-tengah kaum muslimin dari dalam, melalui bid’ah-bid’ah dan pemikiran-pemikiran yang kacau dan bertentangan dengan wahyu yang Allah Ta’ala turunkan.
Hanya saja, walaupun perpecahan kaum muslimin adalah hal yang pasti terjadi, akan tetapi hal ini tidak bisa dijadikan sebagai pembenaran untuk membenarkan perpecahan dan tidak menjadikan seorang muslim untuk berputus asa dari mengusahakan persatuan. Karena perpecahan ini adalah masalah takdir sementara persatuan ini adalah perintah syariat. Dan sungguh Allah Ta’ala telah membebani kita untuk menjalankan syariat dan tidak membebani kita untuk merubah takdir. Dan wajib diketahui bahwa terkadang Allah Ta’ala menetapkan suatu takdir yang bertentangan dengan perintah yang Dia sendiri perintahkan karena adanya hikmah yang besar di baliknya, tahulah yang tahu, bodohlah yang bodoh.
Dan di antara hikmah terbesar dari terjadinya perpecahan dalam umat ini adalah sebagai fitnah dan ujian bagi manusia. Siapa di antara mereka yang beriman dengan ikhlas dan siapa yang beriman karena ikut-ikutan, siapa di antara mereka yang beriman karena mengetahui nikmatnya keimanan dan siapa di antara mereka yang hanya beriman saat keadaan memungkinkan. Siapa di antara mereka yang hati dan fisiknya bersih dan siapa di antara mereka yang menyimpan penyakit kedengkian dan permusuhan di dalam hati mereka walaupun mereka menampakkan kebaikan secara lahiriah, karena kejelekan dalam hati tinggal menunggu waktu untuk dia keluar.
0 comments:
Post a Comment