{قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللهَ فاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ ويَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ، وَاللهُ غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ}

Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah (sunnah/petunjuk)ku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS Ali ‘Imran:31)

Home » » Mencontoh Dan Meneladani Sunnah Nabi Secara Lahir Dan Batin

Mencontoh Dan Meneladani Sunnah Nabi Secara Lahir Dan Batin

Abu Fathan | 18:50 | 0 comments
Yaitu dengan memurnikan mutaba’ah hanya kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, mencukupkan diri dengan menerima dan mengambil dari beliau, dan mengamalkan apa saja yang beliau bawa, sebagai perwujudan firman Allah Ta’ala,
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآَخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Sungguh telah ada suri tauladan yang baik bagi kalian pada diri Rasulullah. Yaitu bagi siapa saja yang mengharapkan Allah dan hari akhir dan dia banyak mengingat Allah” (QS. Al-Ahzaab: 21)
Maka tidak ada keyakinan, ibadah, muamalah, akhlaq, adab, peraturan jama’ah, ekonomi, politik… dan seterusnya, melainkan dari jalan beliau dan sesuai dengan hukum-hukum dan pengajaran-pengajaran yang berliau bawa di dalam al-Kitab dan as-Sunnah yang shahih. Dimana syariat beliau menjadi muhaiminah (pengawas) dan raidah (pemandu).
Di dalam menafsirkan firman Allah Ta’ala,
النَّبِيُّ أَوْلَى بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنْفُسِهِمْ
Nabi itu lebih dekat kepada orang-orang yang beriman dari diri-diri mereka sendiri” (QS. Al-Ahzaab: 6)
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Ini adalah dalil bahwa barangsiapa yang tidak menjadikan Rasul lebih dekat terhadapnya dari dirinya sendiri maka dia tidak termasuk orang-orang yang beriman. Dan kedekatan ini mengandung beberapa perkara. Di antaranya, bahwa pada asalnya seorang hamba tidak berhak menghukumi dirinya sendiri, akan tetapi hukum itu adalah hak Rasul Shallallahu’alaihi Wasallam. Hukum yang beliau tetapkan untuk diri seorang hamba, lebih besar daripada hukum seorang tuan terhadap budaknya atau orang tua terhadap anaknya. Maka tidak ada hak baginya untuk bertindak terhadap dirinya kecuali yang diizinkan oleh Rasul. Karena beliau lebih dekat terhadapnya daripada dirinya sendiri.”1
Catatan Kaki

1 Badai’ut Tafsir al-Jami’ litafsir Ibnil Qayyim (3/422).
Penulis: Ustadz Kholid Syamhudi, Lc.
Share this article :

0 comments:

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. BERITA SUNNAH - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger