“Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya”
Inilah sumpah serapah setan yang Allah abadikan dalam Al Quran. Tak heran jika kita mendapatkan banyak keluarga sakinah, namun tiba-tiba jurang perceraian pun memisahkan mereka berdua. Atau, terkadang salah satu anggota keluarga masih menyekutukan Allah. Sebagian yang lain, bergelimang dalam kemaksiatan atau minimal mereka meremehkan ibadah yang Allah bebankan kepada mereka. Sehingga, tidak sedikit manusia yang meninggalkan dunia ini dalam kemaksiatan dan kekufuran.
قَالَ أَرَأَيْتَكَ هَذَا الَّذِي كَرَّمْتَ عَلَيَّ لَئِنْ أَخَّرْتَنِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لأحْتَنِكَنَّ ذُرِّيَّتَهُ إِلا قَلِيلا
“Dia (Iblis) berkata, “Terangkanlah kepadaku, inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku?, sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya, kecuali sebagian kecil.” (al Isra’ : 62)
قَالَ أَرَأَيْتَكَ هَذَا الَّذِي كَرَّمْتَ عَلَيَّ لَئِنْ أَخَّرْتَنِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لأحْتَنِكَنَّ ذُرِّيَّتَهُ إِلا قَلِيلا
“Dia (Iblis) berkata, “Terangkanlah kepadaku, inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku?, sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya, kecuali sebagian kecil.” (al Isra’ : 62)
Sekelumit keadaan orang-orang tersebut adalah contoh korban perangkap jerat-jerat setan. Jerat-jerat setan adalah tahapan-tahapan kemaksiatan dan pelanggaran yang dibisikkan oleh setan untuk menyesatkan manusia dan menjadikan mereka kufur. Setan tidak pernah putus asa untuk menjalankan misinya dalam menyesatkan manusia. Allah menegaskan bagaimana upaya setan dalam menyesatkan manusia. Ia tidak juga kehabisan akal untuk menyesatkan manusia.
ثُمَّ لآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ
“Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” (al A’raf : 17)
Lalu, bagaimana kita berusaha untuk membentengi diri kita dan keluarga kita dari godaan setan dan tipu dayanya?
ثُمَّ لآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ
“Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” (al A’raf : 17)
Lalu, bagaimana kita berusaha untuk membentengi diri kita dan keluarga kita dari godaan setan dan tipu dayanya?
Untuk membentengi kita dari godaan setan dan tipu dayanya, kitas bisa melakukan beberapa hal berikut, yaitu:
a. Ikhlas dan Mengikuti sunnah Rasulullah – shallallahu ‘alaihi wa sallam -
Ikhlas dan mengikuti sunah Rasulullah – shallallahu ‘alaihi wa sallam – adalah dua pondasi utama diterimanya amalan. Karenanya, pertama kali yang dilakukan setan adalah menggoda keturunan adam agar menyekutukan Allah, jika tidak bisa maka ia akan berusaha untuk menjerumuskan keturunan adam ke dalam lubang kebid’ahan. Karenanya, ikhlas dan mengikkuti sunnah Rasulullah – shallallahu ‘alaihi wa sallam – merupakan dua benteng kokoh bagi seseorang dari godaan setan.
Allah menegaskan,
قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لأغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ إِلا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ
“Iblis menjawab, ‘Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlas di antara mereka.’” (Shaad : 82-83)
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya.” (al-An’am : 153)
Ayat ini dengan tegas menjelaskan, bahwa mengikuti jalan Rasulullah – shallallahu ‘alaihi wa sallam – akan membentengi seseorang dari mengikuti jalan-jalan yang lain, seperti setan dan para pengikutnya.
Ikhlas dan mengikuti sunah Rasulullah – shallallahu ‘alaihi wa sallam – adalah dua pondasi utama diterimanya amalan. Karenanya, pertama kali yang dilakukan setan adalah menggoda keturunan adam agar menyekutukan Allah, jika tidak bisa maka ia akan berusaha untuk menjerumuskan keturunan adam ke dalam lubang kebid’ahan. Karenanya, ikhlas dan mengikkuti sunnah Rasulullah – shallallahu ‘alaihi wa sallam – merupakan dua benteng kokoh bagi seseorang dari godaan setan.
Allah menegaskan,
قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لأغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ إِلا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ
“Iblis menjawab, ‘Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlas di antara mereka.’” (Shaad : 82-83)
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya.” (al-An’am : 153)
Ayat ini dengan tegas menjelaskan, bahwa mengikuti jalan Rasulullah – shallallahu ‘alaihi wa sallam – akan membentengi seseorang dari mengikuti jalan-jalan yang lain, seperti setan dan para pengikutnya.
b. Beriman dan bertawakal
Iman adalah keyakinan yang diucapkan dengan lisan, dibenarkan oleh hati, dan diamalkan oleh anggota tubuh, bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan. Adapun tawakkal adalah bertumpu kepada Allah dalam segala hal yang diiringi oleh usaha.
Allah menegaskan,
إِنَّهُ لَيْسَ لَهُ سُلْطَانٌ عَلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ (٩٩)إِنَّمَا سُلْطَانُهُ عَلَى الَّذِينَ يَتَوَلَّوْنَهُ وَالَّذِينَ هُمْ بِهِ مُشْرِكُونَ (١٠٠)
“Sesungguhnya setan itu tidak ada kekuasaan-Nya atas orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhannya. Sesungguhnya kekuasaan-Nya (setan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya Jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah.” (an-Nahl :99-100)
Iman adalah keyakinan yang diucapkan dengan lisan, dibenarkan oleh hati, dan diamalkan oleh anggota tubuh, bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan. Adapun tawakkal adalah bertumpu kepada Allah dalam segala hal yang diiringi oleh usaha.
Allah menegaskan,
إِنَّهُ لَيْسَ لَهُ سُلْطَانٌ عَلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ (٩٩)إِنَّمَا سُلْطَانُهُ عَلَى الَّذِينَ يَتَوَلَّوْنَهُ وَالَّذِينَ هُمْ بِهِ مُشْرِكُونَ (١٠٠)
“Sesungguhnya setan itu tidak ada kekuasaan-Nya atas orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Tuhannya. Sesungguhnya kekuasaan-Nya (setan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya Jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah.” (an-Nahl :99-100)
c. Bertakwa dan banyak istighfar
Takwa adalah menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya sebagai benteng dari adzab-Nya. Adapun istighfar adalah memohon ampunan dari Allah. Seseorang yang bertakwa kepada Allah, niscaya ketakwaannya akan melindungi ia dari godaan setan. Dan jika memang suatu saat ia terjerumus dalam kemaksiatan, maka ia segera bertaubat dengan taubat nasuha.
Allah berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَوْا إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُوا فَإِذَا هُمْ مُبْصِرُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.” (al A’raf : 201)
Takwa adalah menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya sebagai benteng dari adzab-Nya. Adapun istighfar adalah memohon ampunan dari Allah. Seseorang yang bertakwa kepada Allah, niscaya ketakwaannya akan melindungi ia dari godaan setan. Dan jika memang suatu saat ia terjerumus dalam kemaksiatan, maka ia segera bertaubat dengan taubat nasuha.
Allah berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَوْا إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُوا فَإِذَا هُمْ مُبْصِرُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.” (al A’raf : 201)
d. Dzikir Mengingat Allah
Seorang muslim yang tidak mengingat Allah, niscaya setan akan menguasai hatinya dan membisikinya dengan berbagai macam bisikan. Maka, dzikir adalah senjata ampuh untuk mematahkan godaan setan. Sehingga orang yang senantiasa berdizikir, insya Allah dijauhkan dari godaan setan, adapun orang-orang yang lalai akan menjadi sasaran empuk setan.
Allah menegaskan,
وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ
“Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan yang Maha Pemurah (Al Quran), Kami adakan baginya setan (yang menyesatkan), maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.” (al-A’raf: 36)
Seorang muslim yang tidak mengingat Allah, niscaya setan akan menguasai hatinya dan membisikinya dengan berbagai macam bisikan. Maka, dzikir adalah senjata ampuh untuk mematahkan godaan setan. Sehingga orang yang senantiasa berdizikir, insya Allah dijauhkan dari godaan setan, adapun orang-orang yang lalai akan menjadi sasaran empuk setan.
Allah menegaskan,
وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ
“Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan yang Maha Pemurah (Al Quran), Kami adakan baginya setan (yang menyesatkan), maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.” (al-A’raf: 36)
e. Membaca Al Quran
Jika dzikir bisa menjadi benteng dari setan, maka membaca Al Quran tentu lebih utama menjadi benteng dari godaan setan, karena Al Quran adalah sebaik-baik dzikir dan yang paling sempurna.
Rasulullah – shallallahu ‘alaihi wa sallam – menegaskan,
لاَ تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ مَقَابِرَ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنَ الْبَيْتِ الَّذِى تُقْرَأُ فِيهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ
“Jangan kalian jadikan rumah-rumah kalian kuburan, sesungguhnya setan lari dari rumah yang dibacakan di dalamnya surat al-Baqarah.” (diriwayatkan oleh Muslim 2/188)
Jika dzikir bisa menjadi benteng dari setan, maka membaca Al Quran tentu lebih utama menjadi benteng dari godaan setan, karena Al Quran adalah sebaik-baik dzikir dan yang paling sempurna.
Rasulullah – shallallahu ‘alaihi wa sallam – menegaskan,
لاَ تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ مَقَابِرَ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنَ الْبَيْتِ الَّذِى تُقْرَأُ فِيهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ
“Jangan kalian jadikan rumah-rumah kalian kuburan, sesungguhnya setan lari dari rumah yang dibacakan di dalamnya surat al-Baqarah.” (diriwayatkan oleh Muslim 2/188)
f. Memohon kepada Allah perlindungan dari setan
Memohon perlindungan dari setan kepada Allah adalah perintah syariat, karena Allah telah memerintahkan hal ini dalam Al Quran, demikian juga Rasulullah – shallallahu ‘alaihi wa sallam – memerintahkan hal ini melalui sunahnya, kemudian Allah berjanji akan memberi perlindungan kepada orang yang meminta perlindungan kepada-Nya, Allah akan menjaganya.
Allah berfirman,
وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Dan jika setan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah, sesungguhnya Dia-lah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (Fushilat : 36)
Rasulullah – shallallahu ‘alaihi wa sallam – bersabda,
“Setan akan mendatangi seseorang di antara kalian, lalu ia membisikkan kepadamu, ‘Siapa yang menciptakan ini? Dan siapa yang menciptakan itu?’ Hingga setan berkata, ‘Siapa yang menciptakan tuhanmu?’ Jika demikian ini terjadi, maka mintalah perlindungan Allah.” (diriwayatkan oleh Bukhari 4/92)
Karenanya, sudah selayaknya kita memohon perlindungan kepada Allah dari godaan setan dan tipu dayanya.
Lihatlah, bagaimana istri Imran meminta perlindungan dari godaan setan untuk anaknya dan keturunannya, maka Allah pun mengabulkan permintaan istri Imran.
Memohon perlindungan dari setan kepada Allah adalah perintah syariat, karena Allah telah memerintahkan hal ini dalam Al Quran, demikian juga Rasulullah – shallallahu ‘alaihi wa sallam – memerintahkan hal ini melalui sunahnya, kemudian Allah berjanji akan memberi perlindungan kepada orang yang meminta perlindungan kepada-Nya, Allah akan menjaganya.
Allah berfirman,
وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Dan jika setan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah, sesungguhnya Dia-lah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (Fushilat : 36)
Rasulullah – shallallahu ‘alaihi wa sallam – bersabda,
“Setan akan mendatangi seseorang di antara kalian, lalu ia membisikkan kepadamu, ‘Siapa yang menciptakan ini? Dan siapa yang menciptakan itu?’ Hingga setan berkata, ‘Siapa yang menciptakan tuhanmu?’ Jika demikian ini terjadi, maka mintalah perlindungan Allah.” (diriwayatkan oleh Bukhari 4/92)
Karenanya, sudah selayaknya kita memohon perlindungan kepada Allah dari godaan setan dan tipu dayanya.
Lihatlah, bagaimana istri Imran meminta perlindungan dari godaan setan untuk anaknya dan keturunannya, maka Allah pun mengabulkan permintaan istri Imran.
g. Menjauhi jerat-jerat setan
Jika seseorang telah meyakini bahwa setan akan menempuh segala cara untuk menyesatkan manusia dan membinasakannya, maka ia harus waspada dan hati-hati bahkan harus melawan dengan sekuat tenaganya. Karena setan terus berusaha untuk menghiasai kemaksiatan, setan berusaha memalingkan seseorang dari Allah, ia terus berusaha merusak agama seseorang dan membisikinya, ia terus berusaha menjerumuskan manusia dalam kemaksiatan secara bertahap, ia terus berusaha untuk melalaikan manusia dari beribadah, dan ia terus berusaha untuk menyalakan api permusuhan dan kebencian antara kaum muslimin.
Ingatlah sabda Nabi – shallallahu ‘alaihi wa sallam – ,
إِنَّ الشَّيْطَانَ يَحْضُرُ أَحَدَكُمْ عِنْدَ كُلِّ شَىْءٍ مِنْ شَأْنِهِ حَتَّى يَحْضُرَهُ عِنْدَ طَعَامِهِ
“Sesungguhnya setan terus akan medatangi kalian di setiap perkara kali, bahan setan juga mendatangi kalian saat kalian makan,” (diriwayatkan oleh Muslim 3/1607)
Jika seseorang telah meyakini bahwa setan akan menempuh segala cara untuk menyesatkan manusia dan membinasakannya, maka ia harus waspada dan hati-hati bahkan harus melawan dengan sekuat tenaganya. Karena setan terus berusaha untuk menghiasai kemaksiatan, setan berusaha memalingkan seseorang dari Allah, ia terus berusaha merusak agama seseorang dan membisikinya, ia terus berusaha menjerumuskan manusia dalam kemaksiatan secara bertahap, ia terus berusaha untuk melalaikan manusia dari beribadah, dan ia terus berusaha untuk menyalakan api permusuhan dan kebencian antara kaum muslimin.
Ingatlah sabda Nabi – shallallahu ‘alaihi wa sallam – ,
إِنَّ الشَّيْطَانَ يَحْضُرُ أَحَدَكُمْ عِنْدَ كُلِّ شَىْءٍ مِنْ شَأْنِهِ حَتَّى يَحْضُرَهُ عِنْدَ طَعَامِهِ
“Sesungguhnya setan terus akan medatangi kalian di setiap perkara kali, bahan setan juga mendatangi kalian saat kalian makan,” (diriwayatkan oleh Muslim 3/1607)
h. Menjauhi semua pintu-pintu setan untuk menguasai kita
Jika seseorang ingin selamat dari godaan setan dan tipu dayanya, maka ia harus menjauhi pintu-pintu setan untuk menguasai dirinya.
Ia harus menjauhi kekufuran, kesyirikan, berpaling dari Allah, takut kepada setan dan keturunannya, meminta pertolongan setan, menaati dan mengikuti langkah-langkah setan, kerasnya hati, dan kemaksiatan dengan segala macam bentuknya. Karena ini semua adalah pintu-pintu setan untuk menjerat manusia.
Jika seseorang ingin selamat dari godaan setan dan tipu dayanya, maka ia harus menjauhi pintu-pintu setan untuk menguasai dirinya.
Ia harus menjauhi kekufuran, kesyirikan, berpaling dari Allah, takut kepada setan dan keturunannya, meminta pertolongan setan, menaati dan mengikuti langkah-langkah setan, kerasnya hati, dan kemaksiatan dengan segala macam bentuknya. Karena ini semua adalah pintu-pintu setan untuk menjerat manusia.
Hati hatilah…, sesungguhnya setan menggoda manusia dan menyesatkannya untuk menjadikan manusia sebagai penghuni neraka, menjadikan mereka menyesal di hari yang tidak bermanfaat penyesalan, menumbuhkan permusuhan dan kedengkian, dan menjadikan mereka termasuk orang-orang yang lalai dari beribadah kepada Allah.
Ingatlah selalu, bahwa setan adalah musuh bebuyutan kita. Allah – ‘Azza wa Jalla – menegaskan,
إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ
“Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Fathir : 6 )
Ingatlah selalu, bahwa setan adalah musuh bebuyutan kita. Allah – ‘Azza wa Jalla – menegaskan,
إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ
“Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Fathir : 6 )
Oleh : Ustadz Abu Rufaid Agus Suseno, Lc
Sumber: Rubrik Fikih Keluarga, Majalah Sakinah Vol. 11 No. 2
0 comments:
Post a Comment