إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنسْتعِينُهُ وَنسْتغْفِرُهُ وَنعُوذ باللهِ مِنْ شُرُورِ أَنفُسِنَا وَمِنْ سَيّئاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ..
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ ولا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُون}
{يَاأَيُّهَاالنَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا}
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا}
أما بعد…فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَديثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ اْلأُمُورِ مُحْدَثاَتِهَا وَكُلَّ مُحْدَثــَةٍ بدْعَةٌ وَكُلَّ بدْعَةٍ ضَلاَلةٌ وَكُلَّ ضَلاَلةٍ فيِ النَّارِ.
الله أكبر الله أكبر الله أكبر لا إله إلا الله الله أكبر الله أكبر ولله الحمد،
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ ولا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُون}
{يَاأَيُّهَاالنَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا}
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا}
أما بعد…فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَديثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ اْلأُمُورِ مُحْدَثاَتِهَا وَكُلَّ مُحْدَثــَةٍ بدْعَةٌ وَكُلَّ بدْعَةٍ ضَلاَلةٌ وَكُلَّ ضَلاَلةٍ فيِ النَّارِ.
الله أكبر الله أكبر الله أكبر لا إله إلا الله الله أكبر الله أكبر ولله الحمد،
Suatu hal yang patut kita patrikan ke dalam lubuk hati kita yang paling dalam bahwa sebaik-baik perkataan adalah apa yang dikatakan oleh Allah dan sebaik-baik petunjuk hidup, petunjuk dalam berislam dan beribadah kepada Allah adalah petunjuk yang telah digariskan oleh Rasulullah. Hal yang paling jelek dalam agama adalah ajaran agama yang baru. Itulah ajaran agama yang tidak dikenal oleh Rasulullah dan para shahabat. Segala hal yang dianggap sebagai ajaran Islam namun tidak dikenal oleh Nabi dan para shahabatnya baik berupa akidah atau keyakinan yang baru maupun ibadah atau tata cara ibadah yang baru, itulah yang disebut dengan bid’ah dalam agama. Segala bentuk bid’ah adalah jalan yang menyimpang dari jalan Allah yang lurus. Sedangkan semua jalan yang menyimpang dari jalan Allah yang lurus adalah jalan yang berbahaya karena jalan tersebut hanya akan mengantarkan pelakunya ke dalam panasnya api neraka.
Kaum muslimin-rahimakumullahu-
Memuncak terasa kegembiraan kita di pagi hari ini, suara takbir, tahlil, dan tahmid membahana di udara, mengisi relung-relung hati kita, bahkan mengiringi desah nafas dan degub jantung kita.
Kaum muslimin yang dimuliakan oleh Allah,
Semenjak tenggelamnya matahari kemarin sore tiba sudah waktu buka kaum muslimin dari kewajiban menjalankan ibadah puasa. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan bahwa orang yang menjalankan puasa itu memiliki dua kebahagiaan. Yang pertama adalah saat waktu berbuka tiba. Sedangkan yang kedua sewaktu berjumpa dengan Allah dalam keadaan menyaksikan manfaat dari puasa yang dilakukan. Namun perlu digarisbawahi bahwa kaum muslimin berbahagia pada saat buka bukanlah karena kita merasa merdeka dari belenggu puasa yang dianggap sangat menyiksa. Namun kita berbahagia dengan datangnya waktu buka karena kita bersyukur kepada Allah yang telah memberi kita kesempatan untuk menyelesaikan kewajiban berpuasa. Betapa banyak orang-orang di sekitar kita yang tidak peduli dengan kewajiban berpuasa dan tidak sedikit orang yang menjalankan ibadah puasa tidak bisa menyelesaikan hingga akhir Ramadhan dikarenakan ajal yang telah tiba.
Ketika hari raya iedul fitri tiba, di samping kita merasa bahagia menyelinap di hati kita perasaan sedih dan duka. Dengan berakhirnya bulan Ramadhan berarti setan-setan jin yang semula terikat akan menghidup udara bebas untuk kembalikan melanjutkan perjuangan panjang mereka untuk menyesatkan manusia-manusia untuk menjadi kawan-kawan setan dalam siksa neraka.
قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ
Yang artinya, “Iblis menjawab, “Demi kekuasaan-Mu aku akan menyesatkan mereka semuanya,kecuali hamba-Mu yang memurnikan ibadah hanya kepada-Mu di antara mereka” (QS Shad 82-83).
Kaum muslimin yang berbahagia
Oleh karena itu, kita berkewajiban untuk meningkatkan kewaspadaan. Hendaknya kita mengetahui trik-trik dan target setan dalam menyesatkan manusia. Dengan itu kita bisa membentengi diri kita dan melakukan berbagai tindakan preventif untuk menyelamatkan dari ranjau-ranjau setan.
Ada enam target yang dipasang setan untuk menyesatkan manusia.
Pertama adalah menjerumuskan manusia dalam kemusyrikan atau kekafiran. Setan mengajak manusia untuk menduakan Allah dalam ibadah. Orang yang terjebak ranjau setan ini tidak merasa cukup untuk beribadah hanya kepada Allah namun dia sisihkan sebagian waktunya untuk beribadah kepada selain Allah. Di satu waktu orang tersebut nampak demikian khusyuk beribadah, berdoa dan memohon kepada Allah. Di lain kesempatan, dia demikian khusyuk berdoa meminta-minta kepada wali yang sudah mati. Di satu waktu, dia menyembelih hewan dalam rangka taat kepada Allah semisal akikah ataupun kurban. Akan tetapi di waktu yang lain dia menyembelih ayam cemani atau kebo bule karena memenuhi permintaan jin ataupun dukun. Inilah yang disebut kemusyrikan alias menduakan Allah dalam ibadah. Inilah dosa yang tidak mungkin Allah ampuni bagi siapa saja yang meninggal dunia dalam keadaan belum bertobat darinya.
Pertama adalah menjerumuskan manusia dalam kemusyrikan atau kekafiran. Setan mengajak manusia untuk menduakan Allah dalam ibadah. Orang yang terjebak ranjau setan ini tidak merasa cukup untuk beribadah hanya kepada Allah namun dia sisihkan sebagian waktunya untuk beribadah kepada selain Allah. Di satu waktu orang tersebut nampak demikian khusyuk beribadah, berdoa dan memohon kepada Allah. Di lain kesempatan, dia demikian khusyuk berdoa meminta-minta kepada wali yang sudah mati. Di satu waktu, dia menyembelih hewan dalam rangka taat kepada Allah semisal akikah ataupun kurban. Akan tetapi di waktu yang lain dia menyembelih ayam cemani atau kebo bule karena memenuhi permintaan jin ataupun dukun. Inilah yang disebut kemusyrikan alias menduakan Allah dalam ibadah. Inilah dosa yang tidak mungkin Allah ampuni bagi siapa saja yang meninggal dunia dalam keadaan belum bertobat darinya.
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
Yang artinya, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang levelnya dibawah dosa kemusyrikan, bagi siapa yang dikehendaki-Nya” (QS an Nisa:48).
Ma’asyiral Muslimin-rahimakumullah-
Jika target di atas sulit untuk dicapai maka setan akan memasang target di bawahnya yaitu menjerumuskan manusia dalam bid’ah dalam agama baik bid’ah akidah ataupun bid’ah ibadah. Dianggap ajaran Islam padahal bukan ajaran Islam itulah yang disebut dengan bid’ah. Dianggap sebagai akidah yang diajarkan oeh Islam padaha bukan, diyakini sebagai ibadah yang diajarkan oleh Islam padahan bukan. Inilah yang disebut dengan bid’ah.
Orang yang bergelimang dengan bid’ah adalah orang yang paling merugi dalam beramal sebagaimana firman Allah,
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا
Katakanlah: “Maukah Kami beritahukan kepada kalian tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?” Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya (QS al Kafi:103-104).
Jelaslah orang yang bergelimang dalam bid’ah adalah manusia yang merugi karena dia merasa akan mendapat pahala dengan amalnya padahal dia hanya mendapatkan rasa capek saja karena amal yang dia lakukan tidaklah membuahkan pahala bahkan mendapatkan dosa. Hal itu dikarenakan melakukan bid’ah adalah suatu yang terlarang sedangkan menerjang larangan tentu membuahkan dosa.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barang siapa melakukan amal ibadah namun kami tidak pernah mengajarkannya maka amal yang dia lakukan itu pastilah tertolak” (HR Muslim no 4590).
Target menjerumuskan manusia ke dalam bid’ah itu posisinya setelah kemusyrikan dan di atas dosa besar karena sebagaimana dijelaskan oleh seorang ulama besar di masa tabiin yaitu Sufyan ats Tsauri. Beliau mengatakan bahwa pelaku maksiat itu mudah bertaubat karena dia merasa bersalah. Lain halnya dengan pelaku bid’ah. Dia sulit untuk bertaubat selama dia belum merasa salah bahkan merasa beribadah, mendekatkan diri kepada Allah dan mendapatkan pahala dengan bid’ah yang dilakukannya.
Kaum muslimin-azzaniyallahu wa iyyakum-
Target setan yang ketiga adalah dosa besar. Dosa besar adalah setiap larangan yang memiliki ancaman khusus dalam syariat, boleh jadi diancam dengan neraka, murka Allah, laknat Allah yaitu dijauhkan dari rahmat Allah ataupun tidak diakui oleh Nabi sebagai bagian dari umatnya.
Oleh karena itu diantara contoh dosa besar adalah menipu sebagaimana sabda Nabi,
مَنْ غَشَّ فَلَيْسَ مِنِّى
“Barang siapa yang melakukan penipuan maka dia bukanlah umatku” (HR Muslim no 295).
Penipuan memiliki bentuk yang sangat beragam di zaman ini. Diantaranya mark up dalam laporan keuangan, mencontek ketika ujian, pemalsuan berkas dll.
Dosa besar itu tidak bisa terhapus dengan semata-mata gemar melakukan amal shalih semisal puasa, berwudhu dan shalat. Siapa saja yang ingin dosa besar yang pernah dilakukan terhapus dari catatan amalnya, dia harus bertaubat kepada Allah dengan penuh kesungguhan. Itulah taubat yang dilakukan ikhlas karena Allah, diiringi penyesalan, tekad untuk tidak akan lagi mengulangi perbuatan tersebut, segera meninggalkan maksiat yang telah dilakukan dan taubat ini dilakukan sebelum nyawa sampai di tenggorokan. Jika dosa tersebut terkait dengan hak sesama manusia maka wajib mengembalikan hak orang lain yang telah diambil.
Target setan berikutnya adalah menjerumuskan manusia ke dalam dosa kecil. Dosa kecil adalah segala hal yang diharamkan oleh Allah dan rasul-Nya namun tidak ada ancaman khusus terkait dengan larangan tersebut. Dosa jenis inilah yang bisa dihapus dengan semata-mata melakukan amal shalih meski tanpa niatan bertaubat. Sebagaimana firman Allah:
إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ
“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk” (QS Hud:114).
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يَقُولُ « الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ ».
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Shalat lima waktu, shalat Jumat sampai shalat Jumat berikutnya dan puasa Ramadhan sampai puasa Ramadhan berikutnya adalah penghapus dosa yang terjadi di antara keduanya selama dosa-dosa besar dijauhi” (HR Muslim no 574).
Kaum muslimin yang dimuliakan oleh Allah,
Akan tetapi perlu diketahui bahwa dosa kecil itu bisa bernilai dosa besar jika 1)pelakunya meremehkan dosa tersebut pada saat melakukannya 2) perbuatan dosa kecil tersebut dilakukan dengan berulang kali 3) dosa kecil tersebut dilakukan di tempat umum yang bisa dilihat oleh banyak orang dan 4) dosa tersebut dilakukan oleh seorang yang seharusnya menjadi panutan bagi banyak orang.
Jika setan merasa sulit untuk menggoda manusia agar melakukan dosa baik dosa besar ataupun dosa kecil maka setan akan membuat orang tersebut sibuk dengan hal-hal yang mubah semisal banyak tidur sehingga waktu yang dia miliki untuk melakukan amal kebajikan semakin terbatas.
Jadi tidur dalam kadar yang wajar adalah sebuah keniscayaan untuk menunaikan hak badan namun hobi tidur adalah bentuk godaan setan.
Jika target ini pun sulit untuk dicapai maka setan berupaya untuk membuat manusia sibuk dengan amal-amal kebajikan yang nilainya kurang afdhol sehingga mereka meninggalkan amal yang lebih afdhol. Setan membuat orang sibuk dengan shalat sunah sehingga tidak lagi memiliki kesempatan untuk menuntut ilmu agama yang hukumnya sunah. Demikianlah enam target yang dipasang oleh setan untuk menyesatkan manusia. Setelah kita mengetahuinya maka kita wajib berupaya menyelamatkan diri kita jangan sampai kita menjadi salah satu mangsa setan dengan berbagai bentuk targetnya.
Kaum muslimin yang berbahagia,
Pada hari raya Idul Fitri kita dianjurkan untuk banyak-banyak bertakbir dalam rangka mengagungkan nama Allah. Namun perlu kita sadari bahwa waktu takbir ketika Idul Fitri itu berakhir dengan berakhirnya shalat hari raya.
عن الزهري أن رسول الله صلى الله عليه و سلم كان يخرج يوم الفطر فيكبر حتى ياتي المصلى وحتى يقضي الصلاة فإذا قضى الصلاة قطع التكبير
“Dari az Zuhri, sesungguhnya yang menjadi kebiasaan Rasulullah saat berangkat untuk melaksanakan shalat Idul Fitri adalah bertakbir hingga beliau tiba di tanah lapang dan hingga shalat hari raya berakhir. Jika shalat hari raya telah berakhir maka beliau menghentikan takbirnya” (HR Ibnu Abi Syaibah no 5621, sahih li ghairihi sebagaimana dalam Silsilah Shahihah no 171).
Oleh karena itu kumandang suara takbir yang masih terdengar setelah shalat hari raya Idul Fitri selesai baik di radio, televisi maupun sebagian masjid adalah takbir yang tidak pada tempatnya dan menyelisihi tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam takbir ketika hari raya Idul Fitri.
Terkait dengan bacaan takbir yaitu ucapan Allaahu Akbar, ba’ dalam akbar haruslah dibaca pendek karena ba’ dalam akbar dibaca panjang maka maka kalimat takbir ini berubah total 180 derajat karena akbaar dalam bahasa Arab adalah bentuk jamak dari kabrun yang artinya gendang (Kamus al Munawwir hal 1183).
Sangat disayangkan tidak sedikit orang yang kurang perhatian dengan hal ini sehingga sering terdengar suara takbir sebagai berikut:
الله أكبار الله أكبار لا إله إلا الله والله أكبار الله أكبار ولله الحمد
Orang yang mengumandangkan takbir sebagaimana di atas boleh jadi merasa sedang mengagungkan dan memahabesarkan Allah padahal yang terucap dari lisannya adalah menggendang-gendangkan Allah dan ini tentu sebuah pelecehan kepada Allah yang sangat membahayakan iman seorang muslim.
Kaum muslimin yang dimuliakan oleh Allah,
Mengenai ucapan selamat hari raya tidaklah kita jumpai bacaan khusus dari Nabi. Karenanya kita bisa mengucapkan berbagai jenis ucapan yang menunjukkan ungkapan rasa bahagia dengan datangnya hari raya selama makna yang terkandung dalam ucapan tersebut adalah makna yang baik. Meski demikian ucapan selamat yang biasa digunakan oleh para sahabat tidaklah diragukan bahwa itulah yang lebih baik dari pada selainnya.
Tentang ucapan selamat hari raya yang dipergunakan oleh para sahabat, Ibnu Hajar al Asqalani mengatakan:
وَرَوَيْنَا فِي ” الْمَحامِلِيَّاتِ ” بِإِسْنَادٍ حَسَنٍ عَنْ جُبَيْرِ بْنِ نُفَيْرٍ قَالَ ” كَانَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اِلْتَقَوْا يَوْمَ الْعِيدِ يَقُولُ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ : تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْك ”
Kami mendapatkan riwayat dalam kitab al Mahamiliyyat dengan sanad yang hasan dari Jubair bin Nufair, beliau mengatakan, “Menjadi kebiasaan para sahabat Nabi jika sebagian mereka berjumpa dengan yang lain pada saat hari raya maka sebagian mereka berkata kepada sebagian yang lain “taqabballahu minna wa minka” yang artinya semoga Allah menerima amal ibadah kita (Fathul Bari 3/372-Syamilah).
Kaum muslimin yang kami hormati,
Banyak orang memaknai Idul Fitri dengan kembali suci bagaikan bayi yang baru saja terlahir dari rahim ibu, tidak memiliki dosa sama sekali. Makna semacam ini adalah pemaknaan yang kurang tepat baik dari tinjauan bahasa Arab maupun dari tinjauan syariat. Dalam bahasa Arab, fitri itu berbeda fitrah karena diantara kelebihan bahasa Arab perubahan sedikit saja akan menyebabkan perubahan makna. Dalam bahasa Arab, fitri maknanya adalah berbuka alias tidak lagi berpuasa. Sehingga Iedul Fitri maknanya adalah kembali berbuka, kembali boleh makan dan minum dan kewajiban berpuasa sudah berakhir. Sedangkan dari tinjauan syariat sebagaimana telah dijelaskan bahwa amal shalih semisal puasa Ramadhan, shalat Tarawih itu hanya bisa menghapus dosa kecil tanpa dosa besar. Sehingga seorang yang menjalankan puasa Ramadhan dan shalat tarawih dengan baik karena ikhlas dalam beribadah dan dengan benar karena sesuai dengan tuntunan Nabi akan terhapus dosa-dosa kecilnya saja, tanpa dosa besar. Dosa besar agar terhapus pelakunya harus bertaubat kepada Allah dengan penuh kesungguhan. Memaknai Idul Fitri sebagaimana di atas sangatlah berbahaya karena bisa berakibat banyak orang yang meremehkan dosa besar. Sebelum Ramadhan tiba mereka akan memperbanyak maksiat, berzina, korupsi dan yang lainnya karena di dalam hati mereka mengatakan, “Ah nanti khan saat Idul Fitri semua dosa akan terhapus karena ketika itu kita akan kembali suci bagaikan bayi yang tidak punya dosa sama sekali”.
Kepada kaum muslimah, jagalah diri dan jangan terperdaya oleh tipu muslihat kaum pemuja syahwat. Simaklah firman Allah sebagaimana yang terdapat dalam Qs. an-Nisa’ (04): 27
{وَاللَّهُ يُرِيدُ أَنْ يَتُوبَ عَلَيْكُمْ وَيُرِيدُ الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الشَّهَوَاتِ أَنْ تَمِيلُوا مَيْلاً عَظِيمًا}
“Dan Allah hendak menerima taubatmu, sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran).”
Allah Ta’ala mengajak anda ke syurga dengan jalan yang mudah yaitu dengan menerima sepenuh hati segala ketetapanNya dalam agama ini serta melaksanakan anjuran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad dari Abdurrahman bin Auf
(( إِذَا صَلَّتْ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا ادْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ ))
“Jika seorang wanita telah melaksanakan shalat lima waktu, puasa di bulan Ramadhan, menjaga harga diri dan kemuliaan, serta taat kepada suaminya maka akan dikatakan buatnya masuklah ke dalam syurga dari pintu mana saja yang engkau mau.”
Kemudian kepada anda wahai para saudariku remaja putri muslimah yang mulia. Tutuplah auratmu dengan mengenakan jilbab kemuliaan dan kehormatanmu. Jangan biarkan mata yang penuh khianat dengan bebas memandang dan menikmati kecantikan tubuhmu, atau tangan-tangan jahil menodai diri dan kehormatanmu. Ketahuilah bahwa kewajiban berpakaian yang menutup aurat itu bukan hanya ketika shalat dan pengajian di masjid namun setiap kali seorang muslimah bisa diterlihat oleh laki-laki yang bukan mahram atau bukan pula suaminya.
Jangan biarkan tubuhmu seperti bunga-bunga mekar, yang siapa pun bebas melihatnya, mencium semerbak harumnya. Setelah itu memetik dan menikmatinya. Sesaat kemudian bunga itupun layu dan akhirnya dicampakkan.
Akan tetapi jadilah seperti emas, intan dan mutiara yang terlindungi dan terjaga rapi dalam kotak-kotak perhiasan. Sehingga hanya yang berhak saja yang akan menikmatinya. Ya, anda memang akan menjadi sebaik-baik dan seindah-indah perhiasan dunia ini, jika tampil sebagai wanita shalihah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ
”Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik–baik perhiasannya adalah wanita yang shalihah.” (HR. Muslim).
رَبَّناَ لاَ تُزِغْ قُلُوْبَناَ بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَناَ وَهَبْ لَناَ مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ. رَبَّناَ آتِناَ فِي الدُّنْياَ حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِناَ عَذاَبَ النَّارِ. اللَّهُمَّ رَبَّناَ تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَتُبْ عَلَيْناَ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ. سُبْحاَنَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُهُ الظَّالِمُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلىَ الُْمْرسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
وصَلِّ اللَّهُمَّ عَلىَ نَبِيِّناَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ .
وصَلِّ اللَّهُمَّ عَلىَ نَبِيِّناَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ .
0 comments:
Post a Comment