Dasarnya adalah atsar berikut ini :
عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ أَبْزَى، قَالَ: ” صَلَّيْتُ مَعَ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَلَى زَيْنَبَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَبَّرَ أَرْبَعًا، ثُمَّ أَرْسَلَ إِلَى أَزْوَاجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ يُدْخِلُهَا قَبْرَهَا، وَكَانَ عُمَرُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ يُعْجِبُهُ أَنْ يُدْخِلَهَا قَبْرَهَا، فَأَرْسَلْنَ إِلَيْهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُنَّ: يُدْخِلُهَا قَبْرَهَا مَنْ كَانَ يَرَاهَا فِي حَيَاتِهَا قَالَ: صَدَقْنَ
Abdurrahman bin Abza berkata, “Saya menyhalatkan Zainab isteri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama Umar Radhiyallahu anhu, maka Beliau menyhalatkannya dengan takbir empat kali, kemudian mengirim orang kepada para isteri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menanyakan siapa yang akan memasukkan jenazah ke dalam kubur. Umar Radhiyallahu anhu sendiri ingin Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang memasukkan jenazah ke kuburan. Lalu para isteri mengirimkan jawaban bahwa yang akan memasukkan ke kuburan adalah kerabat yang dibolehkan melihat (wajah) Zainab saat masih hidup (para mahramnya). Umar Radhiyallahu anhu mengatakan, “Mereka benar.”
[HR. al-Baihaqi no. 6.949, dihukumi shahih oleh al-Albani]
Jika si wanita tidak memiliki mahram, atau memiliki mahram namun berhalangan, pria yang bukan mahramnya boleh membantu penguburannya dengan turun ke liang kubur atau mengangkatnya. Hal itu dijelaskan dalam hadits berikut:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: شَهِدْنَا بِنْتًا لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَالِسٌ عَلَى القَبْرِ، قَالَ: فَرَأَيْتُ عَيْنَيْهِ تَدْمَعَانِ، قَالَ: فَقَالَ: «هَلْ مِنْكُمْ رَجُلٌ لَمْ يُقَارِفِ اللَّيْلَةَ؟» فَقَالَ أَبُو طَلْحَةَ: أَنَا، قَالَ: «فَانْزِلْ» قَالَ: فَنَزَلَ فِي قَبْرِهَا
Anas bin Mâlik z berkata, “Kami menghadiri pemakaman salah seorang puteri Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Rasûlullâh duduk di atas pekuburan dan saya melihat kedua mata Beliau berlinang. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, ‘Adakah di antara kalian yang tidak berhubungan tadi malam?’ Abu Thalhah z menjawab, ‘Saya.’ Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ‘Turunlah!’ Maka Abu Thalhah z turun ke liang kuburnya.”
[HR. Al-Bukhâri no. 1.285]
Puteri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dikubur dalam kisah hadits ini adalah seorang puteri yang sudah dewasa, yakni Ummu Kultsûm Radhiyallahu anhuma, isteri dari ‘Utsmân bin ‘Affân Radhiyallahu anhu. Sedangkan Abu Thalhah Radhiyallahu anhu adalah ayah tiri Anas bin Malik Radhiyallahu anhu dan bukan mahram bagi Ummu Kultsum.
0 comments:
Post a Comment