{قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللهَ فاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ ويَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ، وَاللهُ غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ}

Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah (sunnah/petunjuk)ku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS Ali ‘Imran:31)

Home » » MEMAHAMI AGAMA GARDA PELINDUNG DARI FITNAH

MEMAHAMI AGAMA GARDA PELINDUNG DARI FITNAH

Abu Fathan | 19:44 | 0 comments
NIKMAT ISLAM DAN PERINGATAN AGAR TIDAK JATUH DALAM FITNAH YANG MEMALINGKAN DARI ISLAM

Allâh Azza wa Jalla telah memberi anugerah Islam kepada kita. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ ﴿١٠٢﴾ وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ ﴿١٠٣﴾ وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ ﴿١٠٤﴾ وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ ۚ وَأُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ

Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allâh sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allâh, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allâh kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allâh mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allâh, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allâh menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allâh menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat. [Ali Imrân/3:102-105]

Allâh Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. [Al-Mâ’idah/5:3]

Juga firman-Nya:
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ
Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allâh hanyalah Islam. [Ali Imrân/3:19]
Juga firman Allâh Subhanahu wa Ta’ala :
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. [Ali Imrân/3:85]
Firman Allâh Subhanahu wa Ta’ala yang lain:
وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ ۚ هُوَ اجْتَبَاكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ ۚ مِلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ ۚ هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ قَبْلُ وَفِي هَٰذَا لِيَكُونَ الرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ ۚ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَاعْتَصِمُوا بِاللَّهِ هُوَ مَوْلَاكُمْ ۖ فَنِعْمَ الْمَوْلَىٰ وَنِعْمَ النَّصِيرُ
Dan berjihadlah kamu pada jalan Allâh dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allâh) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (al-Qur’ân) ini, supaya Rasûl itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allâh. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik- baik Penolong. [Al-Hajj/22:78]

Sungguh, nikmat Islam merupakan nikmat yang tiada tara. Tidak ada nikmat lain apapun yang bisa menyamainya, kendatipun nikmat-nikmat Allâh yang lain itu begitu agung dan banyak yang tidak sepatutnya kita menghina dan merendahkannya, bahkan kita wajib untuk ingat dan bersyukur. Meski demikian, nikmat Islam merupakan nikmat Allâh yang paling agung. Islam yang dimaksud adalah Islam yang dibawa oleh Rasûlullâh Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena Islam merupakan nikmat teragung, maka diutusnya Rasûl ini pun juga merupakan nikmat yang agung. Karena Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menjelaskan Islam, yang membawanya, sekaligus yang menyerukannya. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
Sungguh Allâh telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allâh mengutus di antara mereka seorang Rasûl dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allâh, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata. [Ali Imrân /3:164]

Namun perlu diingat bahwa ada rintangan dan halangan yang bisa menghadang manusia,  yang terkadang bisa mengeluarkannya dari pagar Islam –bila ia sudah termasuk penganut Islam-. Atau bisa melemahkan cahaya Islam di hatinya, ataupun menghalanginya untuk masuk ke dalam Islam, bila ia bukan termasuk pemeluk Islam.
Ada banyak fitnah dahsyat yang menghadang manusia. Oleh karena itu, kita harus mengenali fitnah-fitnah tersebut; sebagaimana kita juga harus mengetahui jalan keluar dari fitnah-fitnah tersebut bila ia telah  menimpa.

Bertolak dari sinilah seorang Sahabat besar, Hudzaifah bin al-Yaman Radhiyallahu anhu mengatakan, “Orang-orang bertanya kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang kebaikan, sedangkan aku bertanya kepada Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang keburukan. Karena khawatir kalau-kalau aku terjatuh ke dalamnya.”

Jadi, mengetahui tentang Islam dan mengenalnya dengan seksama, mengetahui hukum-hukum dan rinciannya adalah perkara yang wajib. Kemudian juga (merupakan hal yang wajib) mengetahui perkara-perkara yang bisa memalingkan dari Islam, mengetahui hal-hal yang bisa menghalangi antara seorang hamba dengan Islam; atau penyakit-penyakit yang bisa melemahkan Islam dalam hatinya. Kita harus mengetahui berbagai hal yang manfaat agar bisa mengambil manfaat darinya juga mengetahui hal-hal yang membahayakan agar bisa menghindari semua yang membahayakan. Sungguh, bila seseorang tidak mengetahui perkara-perkara yang membahayakan dan yang menyesatkan, bisa jadi, hal tersebut membuatnya binasa tanpa ia sadari, padahal Allâh Azza wa Jalla memerintahkan kita untuk berpegang teguh pada agama ini sampai ajal datang menjemput. 

Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
 Dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. [Ali Imrân/ 3: 102]
Dan tidak diragukan lagi bahwa untuk bisa terus menerus berada dalam Islam, itu ada di tangan Allâh. Kita tidak memiliki kuasa dan kemampuan untuk terus berada dalam Islam hingga kematian. Ini tidak lain adalah ada di tangan Allâh Azza wa Jalla . Namun kita berusaha menempuh jalan atau cara yang bisa menyebabkan kita tetap eksis di atas Islam ini hingga kematian menjemput. Bila kita sudah mengambil sebab-sebab tersebut, maka sungguh Allâh Azza wa Jalla dengan anugerah dan karunia-Nya akan menyempurnakan nikmat-Nya kepada kita dan akan mewafatkan kita di atas Islam. Sebab, kita telah mengerahkan daya untuk mengambil dan melakukan sebab-sebab tersebut, dan kita telah berusaha untuk menggapai keselamatan, sementara Allâh Maha Santun lagi Maha Pemurah. Bila Allâh Azza wa Jalla melihat pada hamba-Nya ada semangat dan hasrat untuk meraih kebaikan; sekaligus ada kebencian dan kekhawatiran terhadap keburukan, maka sesungguhnya Allâh Subhanahu wa Ta’ala akan meluruskannya, akan menjaga, melindungi dan menganugerahkan agama-Nya untuknya, serta menyempurnakan kebaikan baginya.
Namun, bila Allâh Azza wa Jalla melihat hamba-Nya berpaling dan tidak berselera untuk mendapatkan kebaikan serta tidak membenci keburukan, maka sesungguhnya Allâh Subhanahu wa Ta’ala akan membiarkannya dalam kesesatan yang menjadi pilihannya; sebagai siksaan baginya, sekaligus bentuk keadilan dari-Nya. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَىٰ وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ ۖ وَسَاءَتْ مَصِيرًا
Dan barangsiapa yang menentang Rasûl sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. [An-Nisâ’/ 4: 115]
Maka di sini tampak jelas, bahwa penyebab itu datang dari arah hamba, yaitu ia menentang Rasûl dan tidak mengikuti jalan kaum Mukminin; Sedangkan hukuman siksanya datang dari Allâh Azza wa Jalla . Allâh Azza wa Jalla berfirman yang artinya, “Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. [An-Nisâ’/4:115]
DEFINISI FITNAH
Sedangkan kata fitan adalah bentuk jamak dari kata fitnah. Maknanya adalah ujian dan cobaan agar dengan hal itu bisa terlihat benarnya iman atau justru ia memiliki sifat nifaq. Allâh berfirman:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ فَإِذَا أُوذِيَ فِي اللَّهِ جَعَلَ فِتْنَةَ النَّاسِ كَعَذَابِ اللَّهِ
Dan di antara manusia ada orang yang berkata: “Kami beriman kepada Allâh”, maka apabila ia disakiti (karena ia beriman) kepada Allâh, ia menganggap fitnah manusia itu sebagai azab Allâh. [Al-Ankabût /29: 10]
Ia tidak tabah dan sabar menghadapi fitnah (cobaan) agar bisa berdiri kokoh di atas kebenaran, bahkan ia lari meninggalkan agamanya dan menempuh hal-hal yang bisa memalingkannya dari Islam. Ia menyangka bahwa dengan begitu ia bisa selamat. Namun justru ia hanya keluar dari keburukan menuju keburukan yang lebih besar dan parah. Perumpamaannya seperti orang yang menghindari batu yang panas menyengat dengan berlindung pada api. Ia menjadikan fitnah (cobaan) manusia seolah-olah ia adalah adzab dari Allâh Azza wa Jalla . Apakah cobaan dari manusia sebanding dengan adzab Allâh?! Sesungguhnya bila ia meninggalkan agamanya, dan merespon seruan orang-orang yang menimbulkan fitnah serta menyepakati mereka, berarti ia telah keluar untuk menuju pada adzab Allâh Subhanahu wa Ta’ala . Kalaulah ia bersabar menghadapi gangguan manusia dan bersabar menghadapi ulah para hamba, dan ia tetap berpegang teguh pada agamanya, tentu sakit yang ia rasakan hanyalah sementara. Sedangkan kelapangan dari Allâh Azza wa Jalla begitu dekat, dan kesudahannya justru terpuji. Akan tetapi sebaliknya, bila ia tidak bersabar menghadapi gangguan dan fitnah manusia, bahkan ia tunduk patuh pada mereka dalam kemaksiatan kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala , dan melayani apa yang mereka minta berupa kufur kepada Allâh, maka itu artinya dia lebih memilih menuju adzab Allâh yang sangat pedih.
Jadi, fitnah adalah cobaan dan ujian, agar dengan itu bisa tampak siapa yang tulus dalam imannya, yang tegar di atas akidahnya, dan siapa yang ragu lagi bimbang, yang kala badai fitnah baru bergerak pada awal permulaannya, ia sudah langsung oleng dihantamnya.
Semoga Allâh Azza wa Jalla menjadikan kita termasuk orang-orang yang sabar dan tegar dalam menghadapi berbagai fitnah terus menghempas-red
DEFINISI MEMAHAMI AGAMA
Paham agama, distilahkan dengan sebutan al-fiqhu fi ad-dîn. Kata al-fiqh secara bahasa berarti memahami. Sedangkan secara syara’, fiqh adalah memahami hukum-hukum Allâh Subhanahu wa Ta’ala yang ada dalam Kitabullah dan Sunnah Rasûl-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena Allâh Azza wa Jalla menurunkan al-Qur’ân ini dan juga menurunkan Sunnah Nabi sebagai petunjuk bagi manusia. Di dalamnya terdapat petunjuk; juga terdapat penjelasan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh para hamba dalam urusan agama mereka; dan juga hal-hal yang bisa membuat mereka bahagia di dunia dan akhirat. Allâh Subhanahu wa Ta’ala menjadikan Kitab ini mengandung segala hal yang dibutuhkan umat manusia. Di samping Kitab ini, terdapat juga penjelasan dan Sunnah Rasûl Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menjadi penjelas bagi al-Qur’ân dan penafsir dari al-Qur’ân. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ
Dan Kami turunkan kepadamu al-Qur’ân, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka. [An-Nahl/16:44]
Rasûl yang memberikan penjelasan dan yang menyampaikan serta yang menafsirkan Kitab yang agung ini. Jadi di dalam al-Kitab dan as-Sunnah terdapat petunjuk yang mengentaskan kita dari kesesatan; dan terdapat penjelasan tentang jalan kebaikan dan jalan keburukan.
Jadi, memahami agama, maksudnya kita mengerti dan memahami dari Kitabullah dan Sunnah Rasûl-Nya n tentang hukum dari segala problematika yang menghadang kita, dan segala fitnah yang datang kepada kita. Sehingga kita bisa menghindari fitnah-fitnah tersebut dan mengambil jalan keselamatan. Inilah yang dinamakan al-fiqhu fi ad-dîn.
Allâh Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan al-fiqhu fi ad-dîn (usaha untuk memahamai agama). Dan Allâh mencela orang-orang yang tidak mau ber-tafaqquh fi ad-dîn. Allâh Azza wa Jalla berfirman:

فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ

Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. [At-Taubah / 9:122]
Allâh Azza wa Jalla menyebutkan sifat kaum munafik yaitu mereka tidak memahami. Artinya mereka tidak memahami hukum-hukum Allâh Subhanahu wa Ta’ala . Sebab mereka tidak menghendakinya, dan tidak mengindahkan dan tidak memperhatikannya. Oleh karena itu, mereka menjadi orang-orang yang tidak memahami.

Oleh Syaikh Shalih Fauzan al-Fauzan

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun XIX/1437H/2016M. ]

Share this article :

0 comments:

Post a Comment

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. BERITA SUNNAH - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger